Udara tidak panas, tidak dingin, hanya sejuk menenangkan. Cahaya tidak menyilaukan, tetapi menerangi hati.
Kau berjalan di bawah pepohonan yang rindang. Buah-buahan ranum menggantung rendah, cukup engkau mengulurkan tangan, buah itu datang sendiri tanpa harus dipetik. Rasanya tak pernah membosankan, setiap kali engkau makan, rasanya selalu berbeda, lebih lezat dari sebelumnya.
Di sisi-sisi sungai mengalir jernih, air yang murni, susu yang tak pernah basi, madu yang jernih, dan khamr yang tidak memabukkan, tetapi menenangkan jiwa.
Engkau duduk di dipan-dipan yang empuk, berhias sutra hijau dan permata. Tidak ada lagi rasa sakit di punggungmu, tidak ada lagi rasa penat, tidak ada lagi air mata.
Di sekitarmu, ada keluarga, sahabat, dan orang-orang beriman yang engkau cintai. Mereka berkumpul, bercengkerama, mengenang dunia yang penuh ujian.
Setiap hari adalah pesta tanpa akhir. Tidak ada malam, tidak ada pagi, hanya keabadian. Tidak ada rasa takut akan kehilangan. Tidak ada umur yang menua. Wajahmu selalu muda, hatimu selalu damai.
Langkah pertamamu membuatmu takjub. Tidak ada debu, tidak ada panas, tidak ada sakit. Di bawahmu mengalir sungai jernih. Pepohonan menaungi, buah-buahnya rendah menyambut tanganmu.
Istana dari emas, perak, dan mutiara berdiri megah. Pakaianmu dari sutra hijau, perhiasanmu dari emas murni.
Keluargamu yang beriman berkumpul bersamamu. Anakmu yang meninggal di dunia menunggumu, kini ia dewasa dan menuntunmu. Orang tuamu, pasanganmu, sahabatmu, semuanya berkumpul kembali.
Kalian duduk, bercengkerama sambil tersenyum. Tidak ada lagi rasa takut. Tidak ada lagi kesedihan. Setiap hari adalah pesta, setiap detik adalah kebahagiaan.
Dan... kenikmatan tertinggi bukanlah istana, bukan buah-buahan, bukan sungai-sungai. Dan puncaknya... Dia memanggilmu. Kau berdiri, lalu melihat wajah-Nya yang Maha Mulia. Kebahagiaan itu tidak bisa dilukiskan kata-kata. Nikmat seluruhnya tidak ada artinya dibanding momen itu.