***
Juli 2018, Denpasar
Pantai Kuta di sore hari menjadi waktu sempurna untuk menanti kehadiran senja. Bersama Janet di sampingku, kami duduk berdua beralaskan pasir putih. Air laut sesekali datang membuat kaki basah, memecah keheningan oleh dua insan yang belum saling bicara.
Aku tahu sejak dua minggu lalu bahwa ia akan datang ke sini dari karyawisata kantor. Aku tidak senang, tapi bukan berarti tidak suka. Ini hanyalah pertemuan yang tidak disengaja. Tidak ada yang istimewa di dalamnya.
"Beberapa tahun ini hubungan kita nggak karuan, ya." Janet membuka percakapan. Aku menatapnya sekilas, kemudian kembali melihat suasana laut.
"Iya, aku juga ngerasa gitu. Aku jadi kangen kita yang dulu. Yang belum punya beban pekerjaan dan cuma mikirin tugas sekolah ataupun kuliah."
"Than, menurut kamu hubungan kita mending gimana, ya? Apa kamu berpikir yang sama kayak aku?"
Kini kita saling menatap satu sama lain. Ada senyuman yang terlukis di wajahnya, yang bahkan aku tidak ingat kapan terakhir kali melihat senyuman tulus itu.
Jika bertanya bagaimana hubungan ini, sejujurnya aku ingin semuanya berakhir. Aku ingin fokus pada karir tanpa perlu melukai perasaan siapapun, terlebih perasaan Janet.
"Ini bukan akhir segalanya, kan?" Aku balik bertanya, memastikan.
"Ya bukan, lah," jawabnya tertawa. "Aku rasa ini memang yang terbaik."