Mohon tunggu...
Ghozi hiban
Ghozi hiban Mohon Tunggu... Lainnya - Pemuda tanggung

Beri aku pengetahuan, jangan beri aku iman

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Akhir Riwayat Babi

17 Mei 2020   01:10 Diperbarui: 17 Mei 2020   01:14 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(Di hutan belantara
Sang bayu melambai menyiratkan suasana
Mengantar malam pada puncaknya
Meniup tubuh menggigil dipeluknya
Sial, aku terbawa suasana)

Kalong,
Berapa tahun kita melakukan?
Dari mencuri buah di ladang, sampai membunuh hewan di hutan?

Aku tau kita butuh makan
Tapi pencurian dan pembunuhan bukan jalan keluar
Aku punya anak dan istri
Sampai kapan kita melakoni?

Sebagai babi aku punya kehormatan
Anak istriku punya jalan terang
Kalau kita terus begini?
Manusia lebih mahir daripada kita sendiri

Kalong,
Karena tabiat kita yang sama bejat
Bikin kita hidup melarat
Aku tau bukan siasat
Tapi kalau kita ditangkap
Sudah pasti kiamat
Anak istriku jatuh sekarat

(Hening,
Aku berdiri ngeri mengawasi
Dari jauh banyak obor menerangi
Dengan suara mengancam merusak sunyi
“Dasar perampok bengis, hukum saja dengan panah, biar mati kurang darah!”)

Kalong,
Kali terakhir kita ngomong
Lupakan biar kepala kita bolong
Mati dengan panah di kepala
Akhir segala cerita

Istriku,
Kini aku ngerti kehancuran
Biar aku mati mengenaskan
Mati bukan dipelukan
Mayat ku di buang biar

Slawi, 17 mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun