Mohon tunggu...
Gema Mahardhika
Gema Mahardhika Mohon Tunggu... -

Hanya seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Padang Pasir

3 November 2018   11:06 Diperbarui: 3 November 2018   12:08 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
by Trevor Cole on Unsplash

/1/ 

semoga kau bisa mendapatiku
di luasnya padang pasir itu, nak
sebagai api yang menyala
sebagai udara yang hampa
sebagai cahaya yang menyelinap
atau fatamorgana: mimpi dalam kepala?
dan terus menerus berkembang
menemani unta-unta
atau kaktus
pun juga padatnya ruang
pada sela-sela ketakutan
gunung-gunung yang senantiasa
bahagia karena seorang malaikat
yang akan menurunkan hujan
mematuhi kehendak Pencipta
untuk penduduk bumi
yang durhaka kepada Tuhan
yang tidak sadar akan dipecah-belah
yang tidak lama lagi binasa

kun faa yakuun,
nak, api kita akan padam, segera
jangan kau tiup sekuat itu
simpan saja nyawamu
untuk sesuatu yang lebih berharga
dari sekadar menghadap harapan
dari lenggak-lenggok tangkai bunga tua
dari lengan-lengan yang tidak rela menggenggam
atau geraham yang menolak menggigitnya
mengunyahnya di muka firasat

simpan saja nyawamu, nak
untuk menyelam di lautan itu

semoga kau bisa menemukanku
di atas pundak batu penyendiri itu
yang tenteram dan terus menunggu
kepada bukan siapa-siapa
kepada seseorang yang berharap melahirkannya
kepada yang fana: jarak

segera, nak
sebelum Ia murka---dan ampunan
tidak lagi berguna

/2/

kun faa yakuun,
disekitar kita beberapa makhluk
berbicara dan diam: nasihat kematian

3 November 2018
*Gema Mahardhika

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun