Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cerita tentang Rin

21 November 2019   12:22 Diperbarui: 21 November 2019   12:31 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: ChildCareComplianceCommunity.com)

"Mmm, sepertinya positif. Aku rasa kita bisa buat beberapa produk mereka untuk pasar ASEAN."

"Wah, bagus dong Zay. Jadi, apakah sudah ada kesepakatan?" tanya Rin.

"Belum ada sih. Bulan depan tim mereka akan ke sini dulu melihat-lihat pabrik kita. Aku dengar kompetitor kita dari Vietnam dan Thailand. Mereka juga pasti akan ke sana. Keputusannya kira-kira dua bulan lagi." Kata Zay.

"Oh, begitu.. Mudah-mudahan ada kabar baik ya Zay," kata Rin.

"Mudah-mudahan Rin. Rasanya berat, tapi masih ada peluang. Perusahaan dari Vietnam itu kabarnya lumayan bagus. Kapasitas produksinya sedikit di atas kita. Mereka juga baru saja membangun pabrik baru. Well I'm not sure apakah mereka sedang membangun atau sudah selesai membangun. Tapi kita punya strategi lain ketika mereka datang ke sini." kata Zay tersenyum.

Zay masih berkata-kata lagi, menjelaskan beberapa peluang perusahaan ketika calon customer dari Zurich datang ke perusahaan mereka. Tetapi nampaknya kali ini Rin tidak mendengarkan penjelasan Zay dengan seksama. Jantungnya berdegup satu setengah kali lebih kencang dari biasanya. Ia tidak fokus pada pembicaraan itu, dan bahkan pada makanan di hadapannya.

Ia hanya ingin mendengarkan suara Zay, dan mungkin menatap wajahnya lebih lama. Tapi untuk yang terakhir ia tidak punya nyali lebih besar lagi. Ia mungkin bisa sesekali menatap wajahnya, tapi mungkin beberapa detik saja. Rin ingin menatapnya paling tidak sepuluh detik, dua puluh detik, atau lebih lama lagi. Ia ingin, tetapi entah mengapa ia tidak bisa.

Rin merasa inilah konsekuensi menjadi seorang secret admirer, sebagai pengagum rahasia, yang entah kapan bisa mengungkapkan perasaannya kepada seseorang yang selama ini ia kagumi dari kejauhan. Ia sudah begitu dekatnya dengan sosok yang ia puja, tetapi ia tidak punya nyali, bahkan sebesar biji kedelai pun.

Seakan dua sisi hatinya sedang berperang, salah satu mendorongnya untuk mengungkapkan perasaannya, sedangkan sisi lainnya mencegahnya untuk melakukan itu.

Sisi yang mendorong mengungkap bahwa ia seratus persen jatuh hati pada Zay dan harus ia ungkapkan bagaimanapun caranya. Sedangkan sisi yang mencegah mengatakan bahwa seorang wanita pantang "menembak" seorang pria. Relung hati di sisi tersebut mengatakan bahwa "menembak" pria lebih dulu adalah hal memalukan yang meruntuhkan derajat kaum wanita di mata pria.

Zay masih menikmati makan siangnya. Sesekali ia menyesap jus melonnya yang kini tinggal separuh dari gelasnya. Ia masih berkata-kata, menjelaskan tentang perusahaan yang sudah waktunya mengubah strategi, tentang kebijakan keuangan perusahaan, tentang prosedur kerja perusahaan yang seharusnya ditinjau ulang dan sebagainya, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun