Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cerita tentang Rin

21 November 2019   12:22 Diperbarui: 21 November 2019   12:31 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: ChildCareComplianceCommunity.com)

***

"Rin, kabar bagus. Meeting ditunda besok. Pak Bos mendadak rapat dengan direksi," kata Max yag menghampirinya sambil meletakkan beberapa bungkus coklat berbentuk bulat di meja kubikel Rin. Mendengar kabar itu, Rin yang sedang menatap layar menarik nafas lega.

"Seriusan nih Max? Kok belum ada info pembatalan di Outlook?" tanya Rin yang sebetulnya merasa lega namun masih belum yakin meeting hari itu dibatalkan.

"Mmmm, aku call Bim dulu deh buat mastiin. Yup, Skype-nya lagi online, " kata Rin. Max yang berdiri di samping meja kubikel Rin hanya memberikan isyarat tangan 'silakan' kepada Rin. Mulutnya sedang penuh dengan coklat.  

"Horee, betul Max, meeting ditunda. Bim belum sempat jadwalin ulang," kata Rin sambil meletakkan headset-nya di meja. "Yes, masih punya waktu buat cek dan edit presentasiku."

"Apa ini?" tanya Rin kepada Max tentang beberapa coklat bulat di mejanya.


"Itu oleh-oleh dari Zay, dia baru balik dari Zurich." Kata Max. Zay, teman mereka dari divisi pengembangan bisnis. Rin mendengar Zay ditugaskan ke Zurich selama beberapa hari. Setelah berteman beberapa tahun lamanya, Rin memendam perasaan suka kepada Zay. Zay adalah staf senior Divisi Pengembangan Bisnis yang cerdas dan ramah pada setiap orang. 

***

Jam makan siang pun tiba. Rin memutuskan makan di kantin gedung saja. Kantin Bu Tati, begitu nama kantin itu, terletak di lantai dasar gedung tempat Rin bekerja. Ia tidak berminat dengan ajakan May yang bergabung dengan beberapa teman lainnya makan di luar kantor. Ia ingin makan sejenak dan segera kembali ke meja kubikelnya, melanjutkan materi presentasinya.

Ketika ia tiba di pintu kantin, ia melihat Zay. Ia terkesiap, membuat langkahnya terganggu. Pria berpostur tinggi dan ramping itu terlihat duduk sendiri, nampak menikmati makan siangnya sambil menatap layar ponselnya. Tangan kanannya memegang sendok, sedangkan tangan kirinya memegang ponselnya. Mimiknya agak serius.

Kau memang temanku, tapi sepertinya aku sayang kamu... Begitu batin Rin yang menguatkan diri berjalan ke arah Zay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun