Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cerita tentang Rin

21 November 2019   12:22 Diperbarui: 21 November 2019   12:31 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: ChildCareComplianceCommunity.com)

"Hai Zay, sendirian aja nih?" tanya Rin yang menghampiri Zay dan berhenti di sebelah meja tempat Zay sedang menikmati makan siangnya. Hmm, nasi campur lauk ayam goreng. Aromanya tercium begitu harum. Nasi campur Bu Tati memang menu favorit staf kantor gedung itu. Rasanya sangat enak.

"Eh, Rin. Iya nih. Temen-temen pada makan di luar. Bosan kali mereka makan ginian. Lha aku malah kangen sama makanan ini.. hehe" Kata Zay sebelum memasukkan sendok berisi nasi, tumis buncis dan wortel, beberapa helai mie goreng, sobekan daging ayam dan sambal ke mulutnya.

Rin tersenyum. My God, you are so beautiful... The way you talk, the way you eat, it make me melt at the same time, kata Rin dalam hati.

"Aku ke sana dulu ya. Nanti aku temenin makannya." kata Rin. This is what I always want to do, a sweet lunch with you, Zay...

"Oke Rin.. Aku tidak kemana-mana kok." Kata Zay sambil mengangkat gelasnya yang berisi jus melon dingin, menyesapnya dua kali. Segar...

Tidak lama kemudian, Rin sudah duduk di depan Zay. Ia memesan gado-gado dan segelas jus sirsak kegemarannya. Zay meletakkan ponselnya di meja. Ia mendapat kawan ngobrol. Terlebih Rin, yang merasa mendapat kawan ngobrol spesial.


Rin menjaga sikap dan gerakannya agar tidak salah tingkah sedikitpun di depan sosok yang ia puja sejak dulu. Sang senior diklat yang entah mengapa membuat hati Rin terasa terpanah ketika ia menatap wajahnya, yang melelehkan hatinya ketika ia mendengarkan suaranya lewat telepon, terlebih pada saat ketika mereka duduk berhadapan. Rin merasa menjadi seorang putri yang sedang makan siang bersama sang pangeran.

"By the way, thanks so much ya oleh-oleh coklatnya. Enak." Kata Rin sebelum menyuapkan sesendok gado-gado ke mulutnya.

"Oh, iya Rin. Maafin yah tidak bisa bawa banyak. Kalo banyak, entar dikira jastip importir sama Bea Cukai. Hehe." Kata Zay sambil terkekeh.

Rin ikut terkekeh, sambil menjaga betul-betul seluruh makanan yang ada di mulutnya tetap di sana, jangan sampai ada yang meluncur ke tenggorokan. Sedikit saja makanan menyentuh gerbang tenggorokannya akan memicu batuk berkepanjangan. Bisa malu besar di depan sang pangeran.

"Jadi apa hasil dari Zurich?" tanya Rin. Ia mengangkat gelas jus sirsaknya dan menyesapnya sekali. Lumayan meredakan rasa pedas dari sambal gado-gado yang sengaja tidak ia aduk bersama bumbu, sayuran dan bahan-bahan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun