Tanpa menunggu lebih lama, aku mengajak Jumariyah pulang. Aku harus menyampaikan kabar tentang apel dan cinta baru yang tumbuh pada istriku.
***
Ketika mobilku memasuki pekarangan rumah, kegelisahan menghantuiku. Jumariyah tak jauh berbeda dariku. Raut wajahnya terlihat tegang saat melihat mobil istriku parkir di garasi. Kugenggam tangannya erat-erat. Kami bersiap menghadapi kemarahan atau lebih dari itu.
Pintu depan berderit pelan. Aroma apel menerpa hidungku. Lebih keras dari biasanya. Keningku berkerut. Aneh. Mengapa istriku membiarkan aroma yang dibencinya saat aku tak ada di rumah? Kami terus berjalan masuk. Celah pintu kamar sedikit terbuka. Istriku sedang duduk di pangkuan seorang lelaki. Bibir mereka dipertemukan oleh sebutir apel ranum.
***
Tepian DanauMu, 24Â September2016