Mohon tunggu...
M FitraRachmandani
M FitraRachmandani Mohon Tunggu... Lainnya - Freelamcer

Menulis apa yang dipikirkan dan kebanyakan tentang lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mempertanyakan Lagi Duka dan Cinta, Menjalani Keduanya Melalui Film "Jatuh Cinta Seperti Film-Film"

4 Januari 2024   20:35 Diperbarui: 4 Januari 2024   20:59 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keputusan untuk menggunakan teknik monokrom juga membantu memfokuskan pesan utama film ini, yaitu tentang arti dari kehilangan. Dalam keseimbangan yang halus antara kesederhanaan visual dan kedalaman emosional, film ini berhasil menggambarkan kekuatan rasa kehilangan dengan cara yang sangat kuat. 

Secara keseluruhan, penggunaan teknik monokrom dalam "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film" bukan hanya sekedar pilihan estetika, tetapi sebuah keputusan yang cermat untuk memperdalam imersi penonton dalam cerita yang memilukan. Hal ini menjadikan film ini sebagai sebuah karya yang mampu menggugah emosi secara mendalam, memberikan pengalaman yang tak terlupakan tentang arti dari kehilangan dan perjalanan pemulihan.

Sedangkan pada konteks Audio film ini cukup memberikan soundtrack yang berkaitan dengan tema/alur cerita dalam film yang dimaksud namun amat sangat disayangkan bahwa ada beberapa momen dalam film perlu ditampilkan instrumen atau soundtrack yang sesuai dengan adegan tersebut bukan berfokus pada pengulangan soundtrack ataupun instrumen yang ada sehingga tidak terlihat sangat monoton atau meningkatkan perasaan antara kedua pemain

Duka dan Cinta Bagaimana Bisa Berjalan Bersama?

Pada awal Film "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film", secara personal saya pikir, film ini menyuguhkan pemandangan yang mirip dengan "trilogi Before", dimana percakapan menjadi inti dari interaksi antar karakter.

Kedua belah pihak saling mempercayai bagaimana sebuah hubungan dalam percintaan bekerja dan bagaimana mereka harus menjalani kehidupan mereka. Namun, yang membedakan film ini adalah perjalanan seseorang dalam menghadapi kehilangan dan bagaimana mereka berusaha untuk melanjutkan kehidupan mereka.

Dalam konteks duka, proses ini terasa luar biasa sulit. Kehilangan seseorang yang dicintai membawa luka yang dalam, terutama jika keterikatan antara keduanya begitu kuat. Sehingga munculah sebuah pertanyaan logika. "Jika kesedihan itu begitu menyakitkan, mengapa kita harus mengalaminya?" Namun, dalam kenyataannya, logika ini tidaklah relevan jika berkaitan dengan perasaan. Kehilangan bukan hanya perpisahan fisik, melainkan juga peluruhan hubungan yang teramat kuat di hati dan jiwa. 

Karakter Hannah yang tetap mempercayai duka yang dialami setelah kematian suaminya sebagai perwujudan rasa cinta dia terhadap suaminya. sehingga wajar saja mengalami kehilangan pasangan adalah proses panjang berduka. Dimulai dari rasa kehilangan yang tajam, kemarahan yang meluap, hingga penolakan yang sulit diterima, lalu pada akhirnya, penerimaan atas kenyataan yang pahit. Setiap fase dalam proses berduka ini merupakan bagian integral dari perjalanan menuju penyembuhan.

Namun, dibalik kesedihan mendalam ini, ada kekuatan yang tumbuh. Ada upaya untuk menemukan arti baru, mencari keseimbangan dalam kehidupan yang berubah, dan langkah-langkah kecil menuju pemulihan. Ada harapan akan kebahagiaan baru, sebuah cahaya yang muncul di ujung jalan berliku yang harus dihadapi.

imajinari via aceh.tribunnews.com
imajinari via aceh.tribunnews.com

Dalam film "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film", dilema antara merasakan kembali cinta setelah kehilangan dan menjalani hidup dengan seseorang yang baru menjadi latar yang mendalam. Di tengah pertanyaan-pertanyaan yang meruncing ini, narasi film menyoroti kompleksitas dari kedua pengalaman emosional itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun