Mohon tunggu...
Fiska Aprilia
Fiska Aprilia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rena Ini Menakjubkan

26 Maret 2018   18:48 Diperbarui: 26 Maret 2018   18:59 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (pixabay)

Gege lihai merias wajah cantik Rena, tetapi hati kecil Rena malah jadi tak bisa diam, "kenapa tidak Ibu saja yang menaburkan bedak tabur ke mukaku? Bukankah Ibu suka wanginya?" Rena tersenyum.

Kini Rena kelihatan semakin cantik, imut, dan lucu. Pipi bantalnya ternyata anugrah yang tersembunyi, mirip bunga Adelium yang memekar. Baju terusan Rena sangat indah dan sopan, diimbangi boots setinggi betis, kaya yang dipakai penyanyi anak-anak di teve, yang jumlahnya bisa dihitung jari. Memang kalau sudah niat mendadani, sampai gerah-gerahan di tempat jajal pakaian, tidak akan mengecewakan hasil. Setelah memakan banyak waktu gonta-ganti 3 baju terusan beserta aksesoris yang Rena bawa, akhirnya Gege memilih yang Rena kenakan, alasannya masih sama, sesuai kesukaan saja. Namum setelah hasilnya tercermin, Rena pun suka, barangkali semua orang suka.

Tugas Gege hanya sampai situ, kalau soal berpose depan kamera itu kemahiran Rena. Gege tak usah repot-repot ikut mengurusnya.

 satu ..dua ..tiga..

Tangan Rena bergerak cepat ke pinggang, sambil kakinya terangkat satu. Sinar matanya membidik kamera balik, ia tahu model gaya yang pantas dilihat kalau bercermin. Senyumnya tiada beban.

Jepret.. jepret ..

Sekiranya begitulah bunyi kamerannya. Barangkali berangkat dari akting yang menuntutnya memainkan mimik dan bahasa tubuh dalam menghidupkan naskah teater, Rena cukup punya modal merambah ke dunia modeling, yang barangkali serumpun; menghidupkan yang ia kenakan, bisa juga menghidupkan produk iklan. Anak itu seperti mengembangkan apa yang ia miliki.

***

Mereka keluar dari ruang foto, lalu duduk di bangku tunggu yang empuk berkaki besi, berdesain memanjang. Tidak ada penyandar untuk badan, orang yang kelamaan menunggu giliran foto biasanya membungkukkan badan sambil main handphone. Diantaranya ada yang larut dalam obrolan, ada juga yang bergerombolan tak habis-habis tertawa terbahak-bahak sedari tadi, mereka mungkin mengalungi nama tempat kerja atau kampus yang sama. Berpakaian serasi berwarna putih, seperti ingin mengabadikan momen perpisahan atau keakraban dalam sebuah framefoto, barangkali akan di upload juga di sosial media mereka masing-masing. Akhirnya Rena memutuskan mengajak Gege berdiri saja dekat karyawan foto yang khusus menangani pengeditan foto, mengalihkan rasa bosan menunggu foto-nya dicetak langsung.

Photoshop.Tulisan di komputer di klik karyawan tukang foto, langsung karyawan itu mengukur pencahayaan foto, ukuran foto, bahkan kotoran-kotoran muka orang yang di foto. Ada area yang ditajamkan agar pemandangan lebih jernih terlihat, ada area yang kurang diperhatikan. Karyawan itu percaya menggerakan mouse. Satu tangannya bertumpu di etalase yang sekaligus dijadikan meja. Isi etalase peralatan sekolah seperti pensil, penghapus, dan pulpen, yang dijual di tempat foto itu. Rena memerhatikan foto yang diedit itu, ukurannya seperti foto-nya yang sedang dicetak, ukuran kertas 4R. Bedanya foto itu dijadikan 4 gambar dalam satu kertas 4R, lalu digunting-gunting, yang mengherankan, keempatnya memiliki harga masing-masing, bukan seharga 4R, menjadi lebih mahal sedikit. Barangkali tukang foto itu memang keren mengedit.

          

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun