Mohon tunggu...
Fiska Aprilia
Fiska Aprilia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rena Ini Menakjubkan

26 Maret 2018   18:48 Diperbarui: 26 Maret 2018   18:59 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (pixabay)

Tak sebanding dengan sikap mereka yang malas-malasan belajar, karena tidak ada mata pelajaran menari dan berakting, lalu jadi alasan empuk untuk hasil rapor yang selalu anjlok, padahal kata Ibunya Gege, sosok yang paling mengenal kentalnya persahabatan mereka, serta menjadi pencerah pemikiran mereka, sebagai Ibu muda yang selalu penasaran dengan tumbuh kembang anaknya yang baru satu : Gege, yang selalu ikut nimbrung saat Rena dan Gege sedang bermain di halaman rumah Gege, dibawah payung pohon Sengon yang menyiur, menegaskan bahwa mereka jangan suka menyepelekan ilmu pengetahuan apapun, segala ilmu pengetahuan itu penting, sebagai salah satu fomula untuk mengenal mana kebaikan dan mana keburukan, supaya bisa olah hati, olah perasaan, olah tindakan, sebab anak baik itu yang bisa menjaga kesucian hati lewat kebaikan yang ia kenali, bukan seakan-akan berpenampilan seperti anak baik.

Soal nilai pelajaran memang tak pernah maksimal, sekalipun akhirnya bagus, tak pelak mengisi ulangannya tak disimpulkan, tetapi dijabarkan sesuai buku yang diumpati di kolang meja. Bukan. bukan nilai permasalahanya, permasalahannya jangan sampai malas baca, untuk asupan jiwa. Andai pelajaran bisa dinikmati seperti makan kue lapis legit, yang dilepas satu per satu lapisannya, barangkali tidak akan seanjlok dua kali lipat garis standar ketuntasan nilai sekolah. Kalau memang tak tertarik pada tema-nya, mengenal permukaannya saja sudah berguna, lalu baca buku lainnya sebanyak-banyaknya di rak buku, karena itu sama sekali berbeda dengan pajangan. Ada pesona keadilan, kebenaran, dan keseimbangan di sana. Sementara itu, ilmu agama bisa jadi sentuhan hati nurani paling ampuh. 

Bagi Ibunya Gege, tak ada masalah apabila mereka mengetahui bakat jauh lebih awal. Hal ini untuk mengurangi naasnya lika-liku perjalanan hidup manusia yang belum tahu ingin jadi apa bahkan setelah lulus dari bangku SMA. Mengapa Ibu Gege bisa berkata naas? Sebab mereka luput mengasah semaksimal kemampuan yang sudah dianugrahkan Tuhan. Bahkan yang lebih naasnya lagi, jika mereka menentukan pilihan masa depan, dipilihkan orang terkasih yang sama sekali tak menelaah dulu sebetulnya bakat mereka apa, melainkan sesuai keinginan saja. Bagaimana bisa menjalani gejolak masa depan dari pena manusia lain?

 Mulia memang menjalani amanat orangtua terkasih dengan baik, bertanggung jawab sekolah hingga lulus, tekun membuka-buka buku pelajaran pulang sekolah, mengulas kembali pelajaran, menjadi pribadi yang santun, berharap masa depan lebih baik, namun nyatanya menjelma kabut. Apa yang dilakukan tujuannya tidak dimengerti. Makna ingin menjadi apa tidak tahu, hanya mengikuti arus mengalir apa adanya saja, lalu baru menerka-nerka di darah penghabisan. Akhirnya singgah di muara sewajarnya, sewajarnya asal dapat peluang. Sewajarnya duduk di kantor, dapat posisi administrasi padahal berkharismatik dan mahir berbicara selayaknya posisi sales, sewajarnya duduk di kantor, dapat posisi mengawasi mesin yang semakin cepat, padahal ia sangat pandai bermain sepak bola, sewajarnya dapat posisi sebagai seorang sales, padahal ia sangat mahir merangkai kata menjadi sebuah puisi, sewajarnya menjadi akuntan padahal ia mahir dalam mengoperasikan teknologi komputer, sewajarnya yang menyimpang, yang kalaupun berhasil, cukup menguras tenaga dan pikiran. Ada rasa lelah yang terlalu lelah, ada kesungguh-sungguhan yang patut diacungi jempol. Nyatanya bakat selalu berbanding lurus dengan kesukaan, karena bisa menjadi diri sendiri, dan nyatanya menjadi orang lain itu tidak pernah asyik.  

Ibunya Gege selalu percaya, bahwa hal yang dilakukan sepenuh kemampuan, akan mendatangkan hasil yang sepenuh hati pula, akan ada juga inovasi dan kreasi tak ternilai dan tanpa henti, mendatangkan hasil fantastis, baik apresiasi, maupun materi. Memberi makna untuk diri sendiri, dan orang lain. Mereka yang bisa menjadi dirinya sendiri, tak khayal bisa berdiri di kaki mereka sendiri, dalam kondisi bagaimanapun, ditempat kerja manapun, dan dalam kemandirian sekalipun. Apabila sudah bisa berdiri di kaki mereka sendiri, tak khayal dapat membuka peluang bagi orang lain. Lagipula apabila mengetahui bakat lebih awal, akan ada enam sampai lima tahun lebih awal mempelajarinya, dan menjadi yang terbaik bagi buah hidup mereka kelak. Akan tetapi topi kerucut bisa dikerucutkan, memang tak pernah ada kata terlambat bagi siklus hidup manusia yang menyenangkan. Kapan saja bisa memutar haluan, kapan saja bisa merubahnya, kapan saja bisa menjadi dan menjadi. Untungnya saja Rena dan Gege tidak kehilangan momen menakjubkan! Ketika mereka bisa menampilkan bakat mereka di lingkungan kelurahan, dalam rangka Semarak Remaja Kreatif diikuti anak usia 14 sampai 17 tahun. Bila memetik bisa jadi cepat, kenapa harus meluberkan waktu?

Barangkali Ibunya Gege berkata demikian tanpa memikirkan keuangan setiap orangtua. Mengasah bakat lewat kursus memang memakan pengeluaran keluarga, hambatan yang cukup disayangkan. Rena tidak seberuntung Gege, yang bisa menyalurkan bakat ke tempat kursus yang lebih ekonomis, tetapi mempuni. Di daerah mereka tidak ada kursus akting yang murah. Lalu kenapa tidak ada yang memperhatikannya? Sayang sekali tidak ada wadahnya, kursus gratis, atau sekolah formalnya. Mengapa di saat Rena ingin berkreatifitas di sekolah, malah jadi membosankan? Mengapa ketika anak-anak seusia mereka ingin suasana kelas yang nyaman malah tersiksa berjam-jam oleh mata pelajaran Fisika, dan diantaranya lagi tersiksa dengan mata pelajaran Geografi? Lalu taman kota sepi hanya diisi pepohonan, terlebih senin pagi. Sayang sekali tidak ada kegiatan di sana, yang bisa membantu setiap anak mengasah hal mereka sukai, sekaligus bermain-main bersama teman-teman dan saling mendukung. Sekalipun ada, nyatanya dilingkungan Rena sulit dicari.

Ya, ekstrakulikuler ada dan cukup membantu, tetapi kalau untuk mengembangkan seperti yang diharapkan, tak dapat dipungkiri teramat minim. Terlebih tak semua ekstrakulikuler sekolah sebagus sekolah Rena, sampai ia menyadari kemampuannya di sana.

Memang ada apa dengan bakat? Bukannya semua baik-baik? Dulu sewaktu Gege sudah kelihatan bakatnya, yang disadari mata jeli Ibunya, saat mendapati dirinya paling lentur dan paling cepat tanggap teknik tari, Gege sempat membohongi diri, minder hobinya tidak sama dengan teman-temannya yang lain, yang dikursusi berenang atau basket, tetapi Ibu Gege membantunya agar tetap percaya diri. Hingga akhirnya kini menjadi gadis yang dibangga-banggakan banyak orang, teman-teman arisan Ibunya, pasti ada saja yang memujinya, teman Gege pun semakin banyak, karena ia dikenali anak-anak teman arisan ibunya. Nyatanya di era ini seseorang akan lebih dihargai jika memiliki prestasi dalam bidang apapun.

Barangkali Ibunya Gege lupa kalau anak-anak bisa hebat dalam segala hal?

***

Lighting studio menyorot pas ke muka cantik Rena, lipstik warna oren dipilih Gege untuk memoles bibir Rena yang tipis, padahal ada warna merah muda dan warna merah bata, alasannya sederhana, sesuai kesukaan saja. Tukang foto sudah siap duduk di bangku plastik, tepat menghadap mereka, menunggu mereka siap. Kelihatan ekspresinya geram ingin cepat-cepat melakukan pekerjaan lain. Gege tak peduli, berharap hasilnya tak sia-sia. Enggak lucu kalau sampai mengulang foto karena tidak memuaskan, dengan biaya yang selangit untuk takaran saku seragam sekolah mereka. Tukang foto hanya memberi 2 kali kesempatan untuk setiap foto, yang nantinya bisa mereka pilih-pilih mana yang terbaik.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun