Mohon tunggu...
Fiska Aprilia
Fiska Aprilia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rena Ini Menakjubkan

26 Maret 2018   18:48 Diperbarui: 26 Maret 2018   18:59 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (pixabay)

Ia duduk di bangku-bangku yang tersedia untuk menunggu. Ia sudah ditetapkan memiliki nomer antri 675, ternyata kontestan bertambah lagi, termasuk dia yang baru terhitung. Ibu pergi mencari makan untuk makan siang mereka. Tiba-tiba, di tengah sayup-sayup matanya, ada raut wajah yang sering ia lihat, sedang mendekat.

 "Ratih!!!!!!!"

"Tadi aku liat kamu dari jauh tapi enggak yakin, ternyata beneran kamu Rena."

"Kamu ngapain di sini?!!!! Duh enggak nyangka bisa ketemu di sini."

"Aku ikut kontes ini juga Ren."

"Serius? Sama siapa kamu kesini?"

"Sama Mamaku tuh disana."

Rena tak kuasa oleh kebetulan yang terlalu kebetulan, cukup membingungkan. Memang promosi acara teve tak perlu merembet seharian, kontes itu diiklankan di teve berkali-kali dalam sejam, sudah jadi bahan pembicaraan teman-teman di sekolah, menarik jutaan kaula muda bermimpi memenanginya, berkumpul dalam satu wadah mal itu. Anehnya Rena mudah sekali bertemu Ratih dalam kerumunan sebanyak itu. Kaget plus plus ! Ternyata Ratih suka dunia akting juga, melihat ia tak pernah ikut acara sekolah yang berbau pertunjukan yang ada akting-aktingnya, kegiatan teater sekolah saja tidak ikut. Rena jadi tak sabar mengorek-orek berapa lama Ratih latihan, dan dimana ia kursus akting. Rena tak menyangka, orang yang selama ini mengitari hidupnya sepanjang hari di sekolah, berjuang bersamanya sekarang, ini menakjubkan!

Beberapa menit ngobrol bersama Ratih, Rena baru tahu kalau Ibunya Ratih sangat antusias anaknya turut andil dalam kontes, sampai ikut membantu mendaftarkan lewat pendaftaran online jauh-jauh hari, jadi cukup keringanan. Tak melewati ribet-ribetnya Rena dan Ibu mondar-mandir tanya panitia sana-sini untuk melengkapi biodata dari pos ke pos pendaftaran, Ratih bisa langsung menunggu antrian tampil saja. Penampilan Ratih dari ujung rambut sampai ujung kaki terlihat dipersiapkan sedemikian baik. Ia mengenakan baju terusan yang dilapisi rompi merah, terdapat payet-payet rumit hampir setiap lekuk bajunya.

 Di jam-jam menunggu, ada yang tidak adil, Rena geregetan melihat Ratih selonjoran di bangku main handphone padahal dialog yang diberikan untuknya, yang di-staples panita berbarengan dengan nomer peserta, tadi dihadapan Rena terdengar masih terbata-bata. Rena mengajaknya latihan akting di tempat agak sepi seperti para kontestan lain yang terlihat berlatih disekitar mereka, tetapi Ratih hanya mengiyakan. Bagaimana bisa mamanya antusias, sementara apa yang diberikan kepada Ratih, malah ia anggap biasa saja? Barusan Rena sadar, barangkali ini yang namanya keadilan? Barangkali ini semacam ujian sekolah? Ujian yang bisa datang dari mana saja, termasuk dari Mamanya terhadapnya, serta Mamanya Ratih terhadap Ratih, berbeda pandangan. Barangkali kalau aku dapat dukungan penuh dari Ibu, aku enggak akan sesemangat ini menerjang semuanya, siapa

tahu?

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun