Mohon tunggu...
Fiahsani Taqwim
Fiahsani Taqwim Mohon Tunggu... Penulis - :)

Penganut Absurditas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Maaf

27 Februari 2021   09:08 Diperbarui: 27 Februari 2021   09:13 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu, mereka hendak rujuk. Yang benar saja. Sudah pasti ini akan memicu skandal jilid II dengan bintang utama om dan tantenya di Sumber Sono. Apa mereka tidak ingat pernah saling menuduh, saling menjelekkan, saling menjatuhkan? Kenapa sekarang mau bersama lagi. Apa lagi sih yang tersisa dari kerunyaman yang telah mereka ciptakan selain kerunyaman itu sendiri. Di mata Halimah, biar bagaimana pun keluarga kecil tantenya sudah cacat. Tidak akan bisa kembali sempurna seperti semula. Walau sekarang omnya telah berubah menjadi lebih religius, sering pergi ke masjid dan memelihara jenggot. Begitu pula dengan tantenya yang sekarang lebih rutin bersedekah dan tidak konsisten pamer lagi kepada para sanak saudara lainnya.

Dalam hatinya, Halimah yakin bahwa keberlangsungan rumah tangga mereka di hari selanjutnya tidak akan berjalan lancar. Apalagi, setelah omnya mengakui bahwa dia memang betul-betul punya seorang anak lelaki dari istri mudanya, yang telah diceraikan demi bisa menikah lagi dengan sang tante.

“Jangan percaya kepada lelaki yang sudah pernah ketahuan selingkuh. Suatu hari nanti dia pasti akan kambuh lagi, sebab selingkuh itu penyakit.” Kata salah seorang teman sekelas Halimah di universitas. Dia sangat mempercayai keabsahan pernyataan tersebut karena yang menyatakannya adalah seorang tukang selingkuh kelas kakap. Menurut Halimah, satu pernyataan akan benar apabila dibuktikan, atau disampaikan langsung oleh pelaku yang sudah sangat berpengalaman.

Dengan demikian, Halimah beranggapan bahwa tantenya itu sangat naïf, dan omnya benar-benar binatang.

Halimah yang lebih peka, juga berpengetahuan, bersiap menyusun rencana untuk mencegah adanya prahara yang diprediksinya.

***

Om dan tante Halimah telah resmi menikah dan mereka kembali ke meninggalkan Sumber Sono seperti sedia kala. Berpindah dari satu kota menuju kota lainnya. Sampai pada suatu ketika, Halimah berada dalam satu kota yang sama dengan keduanya: Jakarta. Halimah pikir, ini adalah waktu yang tepat untuk mewujudkan prediksinya!

Dia mulai rutin berkunjung ke apartemen om dan tantenya di Jakarta. Saat melakukan kunjungan sekaligus pengintaian, Halimah akan membawa kue atau makanan yang disukai oleh semua orang dalam anggota keluarga itu. Halimah cukup senang karena tantenya sekarang betul-betul berubah dan menjadi pribadi yang tidak terlalu suka pamer seperti dulu. Apabila sebelum prahara rumah tangga yang menimpanya sang tente punya sifat sombong dan suka pamer dengan level delapan, sekarang menurun menjadi empat. Sudah berkurang setengahnya. Lumayan. Begitu pikir Halimah.

Terkadang, Om dan tantenya meminta Halimah untuk bermalam di apartemen mereka kalau hujan tengah turun dengan sangat lebat. Halimah akan diminta untuk berbagi kamar dengan putri bungsu pasangan rujuk tersebut yang baru berusia delapan tahun. Sebelum tidur, mereka akan terlebih dahulu bertukar cerita, dan kadang berfoto bersama dengan kamera depan telepon genggam pintar masing-masing. Pokoknya, dua anak-beranak ini rukun sekali. Sebab, Halimah punya cita-cita untuk menjaga sang adik sepupu yang lugu ini. Dia bahkan sempat ingin mengajak gadis kecil itu pergi bersamanya dan menjauhkannya dari orang tuanya yang tidak sempurna.

Suatu malam di mana hujan turun dengan lebat, saat tantenya sedang berada di kamar mandi, kedua adik sepupunya asyik menonton TV, dan omnya sedang menikmati secangkir kopi susu buatan Halimah, dan dirinya sendiri sedang mencuci piring, tiba-tiba dia merasakan tangan omnya sudah berpindah berada di pundaknya. Jantung Halimah langsung berdebar sangat kencang. Telapak tangan kakinya menjadi dingin seketika. Dia berusaha menyembunyikan ketakutannya dan mencoba untuk berpikir jernih.

Dia teringat akan salah seorang teman di universitasnya yang merupakan tukang selingkuh kelas kakap. Ketika dahulu sekali Halimah bertanya kepada temannya itu, “Apakah menurutmu tanteku harus memaafkan suaminya?”, maka sang teman menjawab tegas, “Jangan. Jangan sampai memberi maaf!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun