Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terang Maaf

10 April 2024   16:22 Diperbarui: 10 April 2024   16:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: istockphoto.com)

Aku lahir dengan hati yang lebih menyukai terang.

Kukira setiap bayi juga dilahirkan dalam keadaan demikian.

Bukankah dibutuhkan waktu khusus untuk bisa beradaptasi menikmati gelap?

Baca juga: Idulfitri

Namun hatiku yang mencintai terang itu dipatahkan oleh orang yang amat kusayang.

Dalam ketidaksadarannya, ia menggunakan segala penerangan yang ada untuk membenarkan kegelapan dosa.

Bertahun-tahun aku terpuruk meratapi luka.

Silih berganti dengan api amarah yang mudah tersulut dan langsung membakar seketika.

Hatiku sinis mencibir cahaya!

Sampai akhirnya aku kelelahan kosong daya.

Tidak ada pilihan selain berserah kepada Sang Ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun