Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Para Tamu Rumah Kami

12 Januari 2023   18:14 Diperbarui: 1 Februari 2023   22:55 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sudah tidur sekasur bersama Mama. Di satu ruangan. Ruangan lain sudah kosong. Sangat tidak nyaman sebenarnya bagiku; remaja lima belas tahun usia tidur sekasur dengan ibunya. Akan tetapi, aku terpaksa. Biar Mama tak terlalu kekosongan. Lagipula aku pun tak punya kasur lagi, sudah terjual segala kenyamanan. Pergi sudah. Yang tinggal adalah kekosongan dan kegelapan.

Perlahan di rumah kami, aku mulai berteman dan menerima kekosongan dan kegelapan. Pada giringan waktu selanjutnya, kami kedatangan dan dihadirkan tamu-tamu lain.

---

Mama mulai jarang mandi, hemat air katanya. Akupun di suruh berhemat. Tak perlu mandi kalau bisa. Aku tak bisa. Paling tidak mandi sehari sekali. Kalau tidak, tubuh ini gerah, berdaki, dan kering.

Rumah kami pun gerah, berdebu, kering, serta berjaring laba-laba. Aku tak sanggup membersihkan. Alat pembersih pun cuma sapu, tanpa air, tangga, atau sapu panjang untuk menggapai plafon dan sudut-sudut langit rumah.

Kolam mandi di belakang rumah sudah lama kosong dari air. Terisi dedaunan pohon yang berguguran. Yang jatuh dan kering mengisi kolam. Sementara pohon makin naik meninggi tanpa dipangkas. Semak dan rumput menyeruak dan menjalar. Begitu pun depan rumah. Tanaman merambat menutupi pagar. Cabang dan rating pohon makin melebarkan diri merengkuh rumah kami. Bunga dan tanaman hias mulai layu. Sedih. Tersimpuh ke lantai. Lalu mati menjadi debu. Lalu bergentayangan mengisi rumah. Betah sekali. Tak pergi-pergi.

Petugas air datang. Mau mematikan aliran air ke rumah karena tak bayar-bayar. Mama tak protes. Cuma marah-marah ke petugas karena masuk ke pekarangan rumah kami. Pada giliran waktu selanjutnya, siapa pun yang datang akan diteriaki dan diusir Mama.

Yang boleh datang bertamu dan boleh menginap di rumah hanya kekosongan, kegelapan, dan kotoran. Selain itu, silakan pergi. Aku tak memprotes. Selama Mama merasa nyaman seperti itu, silakan.

---

Para tetangga yang mau menjenguk, kena damprat Mama. Maling dituduh Mama.  Tetangga pun akhirnya pergi. Pak RT tidak hanya diteriaki, tetapi juga diludahi. Pak RT menyarankan rumah besar kami dijual saja, juga Mama diminta berobat.

Hatiku menciut, sesak. Tersudut dan tertunduk. Pak RT bicara empat mata denganku. "Bujuk Mama mau dibawa ke rumah sakit." Biaya akan ditanggung bersama dengan iuran warga atau BPJS. Soal kebutuhan hari-hariku dan Mama, Pak RT dan tetangga sudah cukup membantu. Ia juga memberi pekerjaan ringan untuk saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun