Ruang yang Tak Bernama
Aku berjalan di antara bayang-bayang, bukan karena takut gelap, tapi karena terang tak lagi menjanjikan apa-apa.
Langkahku menyentuh lantai sunyi yang tak memantulkan gema, seperti dunia telah lupa caranya berbicara.
Di dalam dada, bukan nyeri yang tinggal, tapi ruang. Kosong. Seperti seseorang pernah tinggal di sana lalu pergi, membawa semua furnitur rasa dan meninggalkan debu kenangan. Aku duduk di pojok ruang itu, menunggu suara, detak, atau bahkan sekadar bisik angin yang memberi tahu bahwa aku masih hidup.
Tapi yang datang hanya senyap. Dan kehampaan bukanlah ketiadaan, ia hadir, diam-diam, memeluk seperti kabut yang tak bisa ditolak. Membungkus seluruh jiwa dalam tanya-tanya yang tak punya jawaban.
Dan aku menulis ini bukan karena tahu arti dari semua ini, melainkan karena tak tahu harus ke mana lagi membawa sunyi selain ke dalam kata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI