Mohon tunggu...
Fathir Ariseno
Fathir Ariseno Mohon Tunggu... Mahasiswa Politeknik

Panjang ulah Diteukteuk. Pondok ulah Ditambah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Bermutu, Saatnya Kembali ke Jalan Ki Hadjar Dewantara

15 September 2025   13:34 Diperbarui: 15 September 2025   13:34 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru yang mau belajar bersama murid, bukan hanya mengajar dari atas, akan mampu membangkitkan semangat belajar sejati.

Peserta didik sering diperlakukan sebagai objek: mereka duduk diam, mendengar, mencatat, lalu diuji. Padahal, Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan adalah menuntun kodrat anak.

Setiap anak punya bakat dan minat yang berbeda, dan mutu pendidikan baru tercapai jika perbedaan itu dihargai.

"Ing madya mangun karsa" berarti guru harus membangkitkan karsa, kemauan, dan semangat dari dalam diri murid. Anak yang belajar karena dipaksa hanya akan paham sebentar, tetapi anak yang belajar karena rasa ingin tahunya menyala akan tumbuh menjadi pembelajar sejati.

Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang menjadikan murid subjek aktif, bukan objek pasif.

Contoh konkretnya bisa dilihat dalam metode pembelajaran berbasis proyek. Ketika murid diberi kesempatan meneliti masalah di lingkungannya, membuat karya, atau mempresentasikan idenya, mereka belajar lebih banyak tentang berpikir kritis, kerja sama, dan tanggung jawab.

Nilai akademis tetap penting, tetapi karakter dan kreativitas jauh lebih menentukan masa depan mereka.

Peran Orang Tua, Keluarga dan Masyarakat

Pendidikan bermutu tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah. Ki Hadjar Dewantara pernah berkata bahwa keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan utama. Di rumah, anak belajar nilai kejujuran, disiplin, dan kasih sayang. Jika rumah gagal mendidik, sekolah akan kesulitan memperbaikinya.

Orang tua tidak perlu menjadi guru mata pelajaran, tetapi cukup menjadi teladan dan pendamping. Misalnya, dengan membiasakan membaca di rumah, membatasi penggunaan gawai dengan bijak, atau mendampingi anak saat belajar tanpa marah-marah.

Hal-hal kecil seperti ini lebih berpengaruh daripada memaksa anak masuk bimbingan belajar yang mahal.

Sayangnya, banyak keluarga di Indonesia menghadapi tantangan sosial-ekonomi. Orang tua sibuk bekerja, waktu untuk anak terbatas, dan pendidikan di rumah sering terabaikan. Karena itu, penting ada kesadaran bahwa pendidikan bukan hanya tugas sekolah, melainkan tanggung jawab keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun