Mohon tunggu...
Farhah nuha
Farhah nuha Mohon Tunggu... Guru - pasti bisa berkarya

memilih tanpa penyesalan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Keluarga dari Sebuah Perjuangan

14 Januari 2020   14:10 Diperbarui: 14 Januari 2020   22:13 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu kangen ayah ya dek?"

"Iya kak" kamipun berpelukan merindukan sosok ayah. Namun kakak selalu menenangkanku dan menghapus air mata ini.

"Ok deh kakak akan menuntut kamu deh!"

"Tuntut apa kak? Jangan yang aneh aneh ah terus jangan larang larang aku ya " tanya aku penasaran
" Ah dasar adikku bawel, kakak tuntut kamu 5 tahun belajar yang bener jadi orang berguna dan akhlak yang baik"

"Emang akhlak dan belajar harus beringan ya?"
"Harus dong, buat apa pinter kalo ga beraklak nantinya jadi tikus berdasi atau ga ada di jeruji besi dek"
"Andai saja adik adik kakak disini semua,kita ngumpul bareng ngaji bareng ramai ramai makan bareng lagi" tambahnya
Adik adik kakak bukan sudah tiada tapi keduanya dititipkan di rumah kakek dan paman karena keluarga kami tidak sanggup membiayainya semenjak ayah pergi.
"Biar semua tau kalo kakak itu tidak bersalah apalgi kakak yang dianggap membunuh ayah ,semua ini hanyalah takdir"

Kala itu mamah marah besar kepada kak Anna. "Kenapa kamu membiarkan ayahmu pergi ke kamar mandi sendirian? Kamu malah sibuk dengan masakan itu . Jadi ayah jatoh dikamar mandi kan!" Begitu marahnya .
Aku mendengarnya dibalik ruangan.

 Aku melihat kakak dan mamah menanggis melihat ayah yang sudah tidak sadarkan diri tergeletak dilantai dengan hamburan darahnya. Akhirnya aku diajak ke rumah sakit. Kami berangkat menggunakan ambulance dengan kecepatan tinggi tapi tetap nyawa ayah tidak terselamatkan. Tangisan itu kenapa harus ka anna yang disalahkan. Ayah memang sakit tapi bukan hanya dia yang harus menjaganya lantas kenapa dia memasak apa karena aku yang saat itu lapar. Sungguh mungkin saja ayah tergelincir karena lantai yang licin kan,lihat sekarang kak anna lah yang menjadi sosok yang bersalah dalam kematian ayah.

Ayah sosok pahlawan yang disayang ka annatasya itu telah pergi untuk selamanya ayah dikuburkan dipemakaman keluarga daerah setempat di Cianjur. Setelah pemakaman itu tiba tiba saja ka anna pergi tergesa gesa dengan tangisannya itu . Aku yang masih usia dini itu tidak terlalu peduli aku malah jajan di warung pak ucok

"Mangg permisi mau beli permen sma yupi..."
"Sok neng ambil permennya 4 dan yupinya 2"
"Ini pak "ku sodorkan uang 3000 namun tiba tiba Kudengar suara jeritan ka anna kala itu di jembatan sungai dekat rumah. Ku cepat berlari sekencang kencangnya dan ku teriak kakkkakkkkk........
"Stop kamu jangan mendekat,biarkan kakak pergi. Kamu jaga ibu ya"
"Setelah siska kehilangan ayah. Apakah aku harus kehilangan kak anna?" Akupun  menangis karena itu kakak hampir saja mau loncat ke sungai yang deras itu
Kala itu hujann... Membasahi kami berdua mungkin ibu akan mencari kita.
Kakak tak bisa melihat ku menangis dia langsung memeluku dan menutup kepalaku dengan jaketnya lalu berkata. "Dik ayo pulang ! Kakak engga mau kamu sakit. Udah jangan nangis kakak selalu disampingmu kok"

 Akupun merasa tenang dan kamipun kembali kerumah ibu.
Mamah sakit
Beberapa hari setelah kepergian ayah. Keluarga kecil kami amat bersedih. Apalagi kak anna yang sudah ditempatkan di rumah kakek sementara bersama kedua adikku disana membuat hatiku hampa.

Tapi saat ku melihat keadaan ibu yang lemah dengan demam tinggi kemungkinan ibu sakit. Ku bawa kedokter bersama tetangga dekat rumahku benar ibu terkena stres kehilangan ayah. Ku beritahukan ka anna agar pulang secepatnya karena aku tidak sanggup harus mengatur urusan rumah dan ibu sekaligus. Mata ibu terlihat sembab dia sering menangis semalaman bahkan agar tak teringat lagi klo ayah sudah tiada. Dia sering menyebut ayah sedang kerja dan ayah akan pulang dengan begitu mamah tidak akan melupakan ayah selamanya. Akhirnya kak anna datangg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun