Mohon tunggu...
Fandi Ahmad
Fandi Ahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, mentor, enterpreuner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis,mentor, enterpreuner saya seorang penulis artikel kesehatan dan juga agama. Mentor Menulis dan enterpreuner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hilang

11 Desember 2020   15:46 Diperbarui: 11 Desember 2020   15:56 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi / sumber gambar www.pixabay.com

Namun, seakan tak perduli dengan turunnya hujan. Adinda masih tetap tak beranjak dari makam sahabat satu-satunya itu.

"Maaf Ra. Maaf. Hanya itu yang dapat kuucap."

Adinda memeluk nisan bertuliskan nama Adera disana.

"Tenang disana Ra." lirih Adinda sebelum beranjak.

Dengan langkah pelan, Adinda mulai menjauhi nisan Adera. Dengan sesekali membalikkan badan, seakan tak rela untuk pergi.

Bahkan setelah kakinya sudah sampai pada gapura makam, Adinda masih sempat untuk membalikkan badan.

Hingga saat ia berada di depan gapura, tatapan sendu yang tersirat banyaknya duka yang dirasa Adinda tetap yang berkurang. Bahkan mungkin terlihat semakin bertambah.

Beberapa kali Adinda menghela nafas panjang, hingga ia melanjutkan langkah untuk segera pulang kerumah.

Hanya satu yang ia yakini saat ini. Bahwa rasa kecewanya kini seakan menjadi balasan rasa kecewa Adera kalau itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun