Mohon tunggu...
Fandi Ahmad
Fandi Ahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, mentor, enterpreuner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis,mentor, enterpreuner saya seorang penulis artikel kesehatan dan juga agama. Mentor Menulis dan enterpreuner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hilang

11 Desember 2020   15:46 Diperbarui: 11 Desember 2020   15:56 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi / sumber gambar www.pixabay.com

Pandangan Adinda terus menunduk, tak berani menatap seseorang yang sudah menyelamatkan dirinya itu. Hingga sebuah seragam terulur dihadapannya, barulah ia mendongak. Menatap iris hitam legam siswi dengan rambut yang diikat kuda itu.

"Pakai ini."

Hanya hening yang terjadi. Bahkan kulit Adinda hanya terkatup rapat dan tak mengeluarkan suara sedikitpun.

Yang ada dipikiran Adinda hanya satu hal, 'Gadis yang terkenal dengan sifat dingin dan acuh, barusan menolong dirinya?'

"Oh iya, gue lupa. Adera." Senyuman kecil diwajah seseorang dihadapan Adinda itu semakin membuat Adinda terhenyak.

Tangan yang tadi sempat menopang bahunya itu, mengulurkan tangan Adira dengan paksa sehingga seragam yang tadi ia pegang, berganti ke tangan Adinda.

"Gak--" sanggahan Adinda yang belum selesai, dengan cepat dipotong seseorang dihadapannya itu.

"Gak usah sungkan. Anggap aja itu tanda pertemanan kita." Senyuman kecil itu terlihat lagi, bahkan mungkin terlihat lebih lebar.

***

"Kamu inget itu Ra?" Suara serak Adinda membuat hati teriris bila mendengarnya.

"Kala itu, aku nggak tau harus berterimakasih seperti apa. Kamu Ra. Kamu teman pertama yang aku punya." Cairan bening yang berada di pelupuk mata Adinda itu, lagi dan lagi merembes keluar membasahi pipinya yang semakin tirus itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun