Jika dibandingkan, jumlah warga Palestina yang tewas jauh lebih besar daripada jumlah sandera Israel yang ditahan. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai proporsionalitas tindakan militer Israel dan apakah tujuan membebaskan sandera sebanding dengan korban jiwa yang ditimbulkan.Â
Beberapa pihak mengkritik tindakan Israel sebagai tidak proporsional dan menimbulkan penderitaan besar bagi warga sipil Palestina.Â
Jumlah warga Palestina yang tewas jauh lebih banyak daripada jumlah sandera yang ingin diselamatkan, dan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang niat Israel. Ada dua kemungkinan utama:
1. KesengajaanÂ
Jika Israel benar-benar berniat untuk membasmi Hamas tetapi tidak peduli dengan jumlah warga sipil yang menjadi korban, maka ini bisa dianggap sebagai tindakan yang disengaja, dengan tujuan utama melemahkan Palestina secara keseluruhan.Â
Ini sering dikaitkan dengan strategi "collective punishment" (hukuman kolektif), yang melanggar hukum internasional.
2. Kebodohan atau Ketidakmampuan MiliterÂ
Jika Israel beralasan bahwa ini adalah "collateral damage" (kerugian sampingan yang tak terhindarkan dalam perang), maka itu menunjukkan bahwa operasi mereka sangat tidak efektif atau tidak memiliki strategi yang benar-benar fokus pada penyelamatan sandera dan penghancuran Hamas tanpa membantai warga sipil.Â
Jika mereka benar-benar memiliki intelijen dan teknologi militer canggih, seharusnya serangan bisa lebih presisi.
Jadi, apakah ini kesengajaan atau ketidakmampuan? Bisa jadi kombinasi keduanya.Â
Di satu sisi, Israel memang punya kepentingan untuk menunjukkan dominasinya dan melemahkan Palestina dalam jangka panjang. Di sisi lain, mereka juga menghadapi tekanan global yang membatasi ruang gerak mereka.