Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Raden Adya terdiam sambil memegangi kepalanya.

Pria tua: "tungu sebentar... aku akan ambilkan baju untukmu."

Lalu Adya mengganti bajunya dengan yang diberikan kakek itu.

Raden Wijaya: "lihatlah pak tua... kau membuatku seperti tukang potong kayu." Sambil melihat kakek itu dengan tatapan yang sinis. "Sepertinya kali ini aku akan akan turun kasta."

Pria tua: "memangnya kenapa?? Kau lebih cocok dengan baju itu hahahaha." Kakek tua itu tertawa terbahak-bahak. "baiklah... kau boleh pergi besok pagi. Sekarang hari sudah mulai gelap... kau istirahatlah terlebih dahulu disini. Aku akan menyimpan bajumu... kapanpun kau kembali aku akan mengembalikannya kepadamu."

Adya pun pergi meninggalkan kakek dan desa itu pada keesokan harinya. Adya berjalan kaki dan mengikuti petunjuk dari kakek itu. Tidak lama, Adya sampai di hutan itu dengan membawa obor yang diberikan kakek itu, suasananya sangat mengerikan, dan hutan itu dipenuhi kabut dan gelap gulita seperti malam hari, dan banyak suara-suara aneh di dalam hutan itu, dan juga terdapat banyak sekali tengkorak manusia.

Raden Adya: "padahal hari masih sangat terang, tapi kenapa setelah aku masuk kesini suasanya berubah drastis... ini sama saja seperti malam hari. Pantas saja kakek itu memberiku mainan ini."

Setelah cukup jauh berjalan Adya menemukan mayat yang sudah menjadi tulang belulang.

Raden Adya: "apa ini?? Apa ini tulang manusia?" lalu dia mengarahkan obornya. "woaahh... banyak sekali mayat disini."

Ketika Adya mengarahkan obornya ke salah satu mayat tersebut tiba-tiba dia menemukan sesuatu.

Raden Adya: "sial.... apa aku kembali saja ke desa itu?? tidak.. tidak.. kenapa aku jadi pengecut seperti ini." Sambil menampar-nampar mukanya. "huffhh... tunggu sebentar, apa itu??". Adya menjulurkan tangannya dan mengambil benda yang tertimbun oleh tumpukan tulang. "ewwh kotor sekali benda ini... apa aku buang saja?? Ini hanya potongan kain". Setelah dia usap-usap benda itu dengan jarinya, ternyata benda itu memiliki sebuah corak. "hahhh..? aku harus mencuci ini agar bisa melihatnya dengan jelas". Setelah Adya mencuci kain itu dengan air minum yang dibawanya "bukankah ini... tidak, tidak mungkin. Ini adalah lambang Wonosari." Dia sangat terkejut. "apakah Paman Meda sudah meninggal??." Dia bertanya-tanya. Tiba-tiba terdengar suara raungan singa dan Adya pun sangat terkejut "woaahh.... Apa itu??" sambil bersiap-siap menembak dengan panahnya. "aku harus cepat pergi dari sini...".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun