Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Naharayu: menangis dengan tersendu-sendu. "apa yang harus aku lakukan?? Bahkan kau yang jauh lebih tua dariku tidak seburuk tubuhku ini."

Ratna: "jika kau tidak ingin hidup dengan tubuh seperti itu.. kau harus segera melakukan ritual itu secepatnya. Kau harus memindahkan jiwamu."

Naharayu: "mengorbankan jiwaku?? Dan memberikannya kepada wanita itu hufhhh.... Aku tidak bisa Ratna, mantra itu tidak menjamin aku bisa bertahan di dalam tubuh wanita itu selamanya. Nyawaku ada di tangan wanita itu jika aku memindahkan jiwaku ke tubuhnya, jika dia bangun dan pulih lebih cepat aku akan mati.. dan kekuatanku menjadi miliknya."

Ratna: "lalu kau lebih memilih meringis seperti ini setiap malam???" bertanya dengan tegas. "kau harus memilih.. lagipula umur tidak ada yang tau. Kau memilih mati di tubuh yang mengerihkan itu atau di tubuh wanita yang jauh lebih bagus daripada tubuhmu. Lagipula wanita itu cantik, kau bisa menikmati kecantikannya itu selama kau berada dalam tubuhnya."

Naharayu: "itu sama saja kau menginginkan aku mati dengan cepat" menatap Ratna dengan sinis.

Ratna: "tidak yayu... aku memberimu pilihan."

Setelah perbincangan itu Naharayu memutuskan untuk memindahkan jiwanya ke salah seorang wanita. Dia melakukan ritual bersama Ratna, karena Ratnalah yang akan membacakan mantra. Pada akhirnya ritual pemindahan jiwapun selesai, Naharayu memiliki tubuh baru. Tetapi dia harus tetap menggunakan penutup muka jika ingin keluar istana, agar tidak ada yang tau tubuh siapa yang dia pakai. Penyihir lainnya hanya mendapat kabar bahwa Ratunya sudah melakukan ritual pemindah jiwa, tetapi mereka tidak diberi tau tubuh siapa yang dipakai oleh Ratu. Pemindah jiwa adalah suatu ritual yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ilmu yang tinggi dan diatas rata-rata dengan penyihir yang lain. Meskipun orang yang akan melakukan ritual itu harus mengorbankan nyawanya karena cepat atau lambat dia akan mati jika tubuh itu melawan mantranya dan ritual ini hanya bisa dilakukan sekali saja.

Setelah jauh pergi dari Wonosari dan juga melewati hutan-hutan, Adya berhenti dan turun dari kudanya, dia duduk di batang pohon besar yang ada di tanah, dia berhenti untuk beristirahat. Sambil minum Adya berbicara di dalam hatinya "aku sudah cukup jauh pergi, tetapi belum ada tanda-tanda apapun tentang penyihir itu". Tiba-tiba ada sekelompok burung gagak terbang kea rah selatan. "hah?? Apa itu?? apa itu burung gagak??? Ya benar itu burung gagak... aku harus cepat mengikutinya."

Adya terus mengikuti burung selama beberapa menit, sampai suatu ketika kudanya tersandung dan terjatuh, Adya pun terpental dari kuda itu. "ada apa denganmu kuda?" Adya menghampiri kudanya. "apa yang terjadi? Ohh.. ternyata kakimu tersangkut ranting. Dasar ranting sialan... bertahanlah aku akan melepaskanmu dari ranting ini." Setelah melepaskan kudanya, tiba-tiba kuda itu mengamuk dan pergi meninggalkan Adya. Adya pun kaget dan berteriak "wooyyy kuda!!! Kau mau kemana?? Jangan tinggal....kan huffhh baiklah". Adya pun bingung harus berbuat apa sambil memegang kepala bagian belakangnya dengan kedua tangannya dan menunduk. Setelah merenung sebentar akhirnya Adya pun tidak mempermasalahkan itu. "baiklah tanpa kuda itu aku bisa melakukannya sendiri... tapi dimana aku?? Kemana aku harus pergi?? Aku juga sudah kehilangan burung itu hufhhh...". Adya pun melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.

Setelah berjalan cukup jauh Adya melihat sebuah desa, dan karena ada aktivitas di desa itu Adya pun penasaran dan mengintai desa itu sambil dengan menyiapkan panahnya. Dia piker desa itu adalah desa penyihir karena letaknya di tengah hutan dan jauh dari Wonosari. Ketika Adya sedang mengintai tiba-tiba pria tua menghampirinya dari belakang:

Pria tua: "sedang mencari apa??"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun