Sementara tamu yang ditunggu Kumis tidak muncul juga. Namun dari mata gagang kunci, perempuan itu sedang mengintip dan  bisa dengan jelas melihat Kumis sedang berada di tengah di antara tuan rumah dan para tetangga.
Ia diam-diam mendengar pula suara Kumis ketika berbincang dengan murid-muridnya ini. Â Ia menahan diri untuk keluar dan diam di kamar sembari menunggu Kumis pergi. Karena ia yakin Kumis itu orang yang ia kenali.
Di pihak lain, karena merasa kagok sendiri di antara para suami isteri itu, Kumis pun akhirnya undur diri. Ia tidak bisa bertemu dengan orang yang ingin dipastikannya bahwa ia kenal.
Usai Kumis pergi, perempuan ini keluar dari kamar, dan setelah memberikan wejangan supaya diteruskan bakar kemenyan tiap malam Jumat kliwon, ia pun ingin pamit. Kamid dan istrinya, juga Suwar dan Kuman serta isteri-isterinya pasang muka senang.
Mereka tidak bertanya lagi mengapa barusan tidak bersamaan keluar dari kamar dengan isteri-isterinya ketika ada Kumis. Padahal di hati Kamid sangat ingin menanyakan hal itu. Tapi disimpannya saja. Akhirnya mereka pun bergantian memberikan sejumlah uang dalam amplop masing-masing pada perempuan itu. Lalu ia pergi.Â
Ketika lewat di muka rumah Kumis, ia setengah berlari seraya tundukan kepala, dan Kumis dari balik gorden rumahnya melihat jelas perempuan itu.Â
"Memang dia,"hatinya memastikan.
___________