"Mari pak."Sulastri membalas dan menoleh padanya.
Orang yang disebut "pak" ini menghentikan langkahnya, dan sambil tersenyum mengatakan pada Sulastri,"saya perempuan Bu, bukan lelaki."
Maemunah tampak menahan tawa, dan Sulastri menimpali dengan kata maaf. Lalu orang ini mengajak Sulastri untuk menuju ke rumah Kamid. Namun Sulastri menolaknya.
Sementara itu Kumis yang mengetahui perempuan ini mengintip dari balik gorden. Ia rasanya mengenali perempuan tersebut. Karena penasaran ia meminta izin pada istrinya untuk menemui mereka berkumpul di rumah Kamid.
"Untuk apa pak?"
"Cari tau. Rasanya aku kenal orang ini."
"Nanti malah ikut bakar-bakar kemenyan."
"Kita bakar sate aja. Biar Santo yang buat,"balas Kumis sekenanya setelah diizinkan Sulastri untuk bertamu.
Di rumah Kamid, sudah ada Kuman dan Suwar. Ketiganya akrab berbincang, dan perempuan itu tidak tampak bersama mereka. Kumis lalu mendekati rumah itu dan setelah diizinkan masuk kemudian bergabung di ruang tamu.
Setelah berbincang banyak mengenai kesibukan masing-masing, ketiganya berbarengan meminta Kumis untuk ikuti ritual mereka tiap malam Jumat bakar kemenyan.
"Supaya di gang buntu ini kompak dan selamat,"pinta Kamid terkekeh yang diikuti Suwar dan Kuman.