Mengapa kita mengatakan selamat datang pandemi? Setidak-tidaknya ada tiga alasan.
Pertama, re-diskontinuitas. Alam menyediakan perubahan struktur dan karakter, yang bergerak dari satu virus ke varian baru, dari varian baru ke varian lain.
Pembaruan dan mutasi virus mengalir dalam kehidupannya sendiri, yang bergerak secara non dialektis. Eksistensi virus memiliki kemampuan untuk memperbarui dan memutasi dirinya, dari satu titik ke titik lain dalam ruang yang berbeda.
Kedua, spekulasi. Pergolakan persepsi atas wilayah penyebaran virus bukanlah berdasarkan kuantitas, melainkan tanda indikasi pada tingkat spekulasi yang relatif tinggi. Spekulasi 'biopolitik' diperkenalkan oleh Michel Foucault (2008).
Secara harfiah, biopolitik adalah relasi atau gabungan antara biologi manusia dan politik. Misalnya, 'kesehatan' dan 'usia harapan hidup' di tengah pandemi Covid.
Singkatnya, bagaimana menjaminkan, melangsungkan, melipatgandakan, dan mengatur kehidupan) bertumpang-tindih dengan spekulasi pasar-perang dagang menyelimuti hegemoni global, terutama perlombaan riset ilmiah dan ragam vaksin, obat-obatan dan oksigen untuk pasien.
Dan ketiga, kontinuitas-keseimbangan. Dalam sudut pandang logiko-historikal, dari peristiwa krisis menuju kontinuitas-keseimbangan.
Meskipun kita tidak sama sekali mengharapkannya, akan terjadi pada diri manusia, suatu peristiwa dimana seluruh populasi di dunia tidak ada yang bisa lolos dari penularan virus.
Ia akan berubah dan berganti dari pandemi ke epidemi atau bisa saja kembali dari epidemi ke pandemi dan seterusnya.
Menyangkut kuasa disipliner kembali bergerak memutar arah ke titik tolak sesuai pembatasan aktivitas yang bertujuan untuk menurunkan kasus corona.
Pembatasan aktivitas yang dikontrol dan diawasi melalui tubuh adalah efek disiplin diri, bukan jumlah regulasi atau kebijakan yang banyak.