Mohon tunggu...
Enggar Dhian Pratamanti
Enggar Dhian Pratamanti Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Penulis, Pegiat Literasi

Tinggal di Semarang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pagi's Diary 1>> Bencana JCO

2 November 2015   11:21 Diperbarui: 2 November 2015   11:36 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jarang sih jarang. Tapi kalau over gini mah namanya penyiksaan tingkat tinggi. Udah kayak latihan perang aja,” Mia mengurut-urut kakinya yang panjang semampai.

“Setuju. Aku nunggu sini deh. Sono terusin sendiri,” Ade menyandarkan tubuhnya di tepi eskalator yang mereka lewati.

“Ikut Ade aja ah. Aku rela jongkok di sini kayak orang udik daripada harus ngikut kamu muter-muter lagi,” Mia siap-siap pasang aksi jongkok kayak pemudik lagi nunggu kereta datang.

Ade, sahabat Pagi yang satu lagi, meskipun cowok sama aja nggak kuat jalan. Gimana nggak, mau beli soto di depan gang rumah aja harus pakai mobil. Dasar anak tajir manja.

“Idiiih... kok gitu sih?” Pagi pasang muka cemberut.

“Lah kamu tega ngliat kita-kita pingsan sebelum nyampe rumah? Siapa yang mau gendong? Kan kamu juga yang repot,” Ade kipas-kipas pakai tangan. Padahal Paragon kan dingin. AC-nya adem banget. Namanya juga mall.


“Iya deh, iya. Abis ini langsung pulang deh. Tapi muter satu kali lagi ya? Iya dong. Ya ya? Ntar aku jajanin wes,” Pagi ngerayu sahabat-sahabat manjanya. Rambut cepaknya yang lurus bergoyang-goyang cepat.

“Aku nggak butuh jajan macem-macem. Yang penting minum. Haus banget tau.”

“Asyik... gampang deh. Mau minum satu gentong juga bakal aku beliin,” Pagi menggandeng tangan Mia dan Ade. Lebih tepatnya menyeret.

Setelah sukses mengitari lantai 2 Paragon sekali putaran lagi, mereka beranjak ke eskalator. Terdengar hembusan nafas lega Mia dan Ade. Bersyukur banget sahabat mereka yang satu ini segera insyaf.

“Tuan dan nyonya mau minum apa? Hamba siap mentraktir deh,” Pagi mengedip-kedip ke arah Mia dan Ade.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun