Lihatlah aku
Telah kurampas seluruh pesona semesta dan kurangkum pada indah ragaku
Di sinilah aku
Meluruh luka-luka paling purba yang bersemayam pada tubir jantungmu
Aku datang dari kelam cermin langit
Mengarak rindu dalam kipas suryakanta
Di antara bulu-bulu megah yang bersabda:
Akulah musim yang tak bisa kautolak
Kau tak perlu menyebut namaku
Sebab desir angin pun tahu arah kiblatku
Kala aku menari, bumi enggan berputar
Dan rembulan menyingkir ke balik lengkung punggung
Pandanglah kilau di sayapku
Itu bukan sekadar warna
Itu adalah sejarah para dewa yang jatuh
Dan menjelma sunyi di pangkal tengkukmu
Aku bukan sekadar burung
Aku adalah seloka yang gagal ditulis penyair
Karena setiap baitku menuntut renung
Dan setiap diamku memahat takdir
Aku datang---bukan untuk dicinta
Melainkan untuk dicamkan
Sebagai sembilu indah
Yang rela kau biarkan melukai
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI