Sejujurnya aku bukan tipe orang yang mudah percaya hal-hal gaib. Aku cenderung logis. Setiap suara asing kupikir hanya angin, setiap bayangan di dinding hanyalah permainan cahaya, dan setiap bisikan samar hanyalah sugesti. Namun pengalaman beberapa tahun lalu membuat sikap saya itu goyah. Sampai sekarang, jika mengingat malam itu, bulu kudukku masih sering berdiri.
Waktu itu aku menginap di rumah teman, sebuah rumah lama di Kota Palembang. Rumahnya besar, tapi suasananya terasa sepi. Malam itu hanya ada aku dan temanku karena orang tuanya sedang bepergian keluar kota. Awalnya tidak ada hal yang aneh. Kami menonton film, makan mie instan indomie, lalu kami mengobrol. Semua baik-baik saja sampai sekitar jam dua malam.
Tiba-tiba terdengar ketukan di jendela. Suaranya pelan tapi teratur, seperti seseorang yang sengaja melakukannya. Aku mencoba berpikir positif, mungkin ranting pohon atau kucing. Temanku malah tertawa kecil sambil berkata, "Palingan kucing." Aku ikut tertawa, meski dalam hati terasa tidak nyaman.
Tak lama setelah ketukan berhenti, lampu ruang tamu yang sejak tadi menyala tiba-tiba berkedip lalu mati beberapa detik, sebelum menyala lagi. Saat itu suasana jadi canggung. Kami saling berpandangan tanpa kata, seolah sama-sama tahu ada yang janggal. Aku mencoba menenangkan diri dengan pikiran, mungkin hanya gangguan listrik. Tapi rasa gelisah mulai tumbuh.
Puncaknya terjadi saat kami hendak masuk kamar, saat menuju kamar terasa lebih panjang dari biasanya. Saat berjalan, aku merasa ada sesuatu yang mengikuti dari belakang. Nafasku terasa berat. Aku berusaha tidak menoleh, tapi rasa diawasi itu terlalu kuat. Akhirnya aku menoleh, dan di dinding kulihat bayangan hitam memanjang, padahal tidak ada siapa pun di belakangku.
Tubuhku langsung merinding. Temanku berbisik cepat, "Udah, masuk kamar aja." Kami berlari masuk dan mengunci pintu. Di atas kasur kami hanya terdiam, jantungku berdebar seperti mau meledak. Rasanya ingin pulang saat itu juga, tapi justru di luar terasa jauh lebih menakutkan.
Aku mencoba tidur dengan lampu menyala, tapi sebenarnya aku hanya berusaha memejamkan mata. Antara kantuk dan takut, telingaku mendengar suara bangku digeser dari arah ruang makan. Suaranya jelas, kayu diseret ke lantai. Aku langsung menutup telinga dengan bantal, berharap suara itu hilang. Namun semakin kuabaikan, justru semakin nyata terdengar.
Pagi harinya, begitu matahari muncul, kami memberanikan diri memeriksa ruang makan. Benar saja, satu bangku bergeser jauh dari posisi semula. Tidak ada angin kencang di dalam rumah, dan jelas tidak ada orang lain yang bisa melakukannya. Temanku pun hanya menatap singkat lalu memilih diam, seolah tidak mau membicarakannya.
Sejak kejadian itu, pandanganku tentang hal-hal gaib berubah. Aku masih percaya logika, tapi aku tidak lagi berani menyepelekan cerita-cerita horor. Kadang memang kita hanya kebetulan berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Dan kalau ada yang bertanya apakah aku masih ragu, jawabanku sederhana: aku percaya bahwa beberapa hal tidak bisa dijelaskan hanya dengan akal sehat.
Lagipula, kalau itu cuma angin, mana mungkin bangku bisa bergeser sendiri?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI