Mohon tunggu...
Efron Dwi Poyo
Efron Dwi Poyo Mohon Tunggu... -

Fanatik FC Bayern München. Mia San Mia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Kristen Bercerminlah pada Perang Salib!

3 April 2016   13:25 Diperbarui: 3 April 2016   20:18 3725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum penaklukan kota itu Gereja Barat (1439) di Ferrara sempat menawarkan bantuan militer asalkan Gereja Timur memenuhi satu syarat. Syaratnya ialah Gereja Timur harus menerima sisipan filioque pada Syahadat Nicea yang asli berbunyi Que Patre Precredit menjadi Que Patre Filioque Precredit. Namun syarat ini ditolak oleh Gereja Timur.

Sisipan filioque muncul dalam konsili lokal Gereja Latin di Toledo (586) sebagai re-aksi atas ajaran Arianisme yang diperkuat pada Konsili Lyon (1274). Buku Iman Katolik terbitan KWI (2000) pada halaman 319 mengatakan bahwa pada 1981, dalam perayaan 1600 tahun Konsili Konstantinopel I, akhirnya Paus Yohanes Paulus II memberi izin menghilangkan kata filioque dari Syahadat Nicea.

Dalam pada itu bagi Eropa Barat dan gerejanya secara politik-militer Perang Salib tidak bermaslahat sama sekali. Tidak ada satu daerah pun yang pernah dikuasai dapat dipertahankan. Dengan demikian tujuan Perang Salib untuk merebut Tanah Suci dari orang-orang Islam gagal dicapai.

Namun demikian raja-raja dan penduduk  kota-kota di Eropa Barat memetik maslahat lain dari Perang Salib. Kedudukan raja makin kuat dan tidak sekadar bangsawan. Penduduk kota merasa lebih bebas, karena para bangsawan sibuk berperang sehingga tidak sempat menjalankan pemerintahan kota. Hubungan dagang dengan dunia timur menjadi lebih intensif.

Pada bidang kebudayaan Perang Salib berarti perjumpaan antara dunia yang biadab dan dunia yang berkebudayaan tinggi. Orang-orang Islam tidak belajar suatu apapun dari tentara buas. Sebaliknya yang diterima oleh Barat makin banyak. Orang Barat memeroleh ilmu filsafat dari orang-orang Arab, yang sebenarnya dipengaruhi oleh filsafat Yunani.

Bagi gereja sendiri Perang Salib membawa perkembangan baru dengan terbentuknya ordo-ordo baru rohani. Ordo pertama yang lahir ialah ordo-ordo ksatria rohani yang didirikan di Tanah Suci untuk melayani orang-orang yang menderita luka atau penyakit dan untuk melindungi orang-orang yang berziarah. Ordo-ordo ini menggabungkan cita-cita militer dengan cita-cita rohani. Sebagai akibatnya kekerasan masuk dalam gereja. Senjata diterima sebagai alat untuk memropagandakan iman dan memberantas orang-orang yang memunyai ajaran yang berbeda dengan ukuran ajaran Gereja Roma. Dalam pada itu semangat iman juga tumbuh pada orang-orang yang tidak terlibat dalam Perang Salib. Masyarakat Eropa Barat banyak mendapatkan cerita ajaib dari orang yang pulang dari ziarah ke Tanah Suci.

Selain semangat melawan orang-orang Islam dengan pedang semangat untuk melawan mereka dengan firman mulai muncul juga. Orang mulai memelajari bahasa Arab dan ajaran Islam untuk melawan Islam dengan jitu. Di sini terletak akar-akar pekabaran Injil dengan cara baru, yang dilakukan oleh Ordo Dominikan, Ordo Fransiskan, kemudian juga Serikat Jesuit dengan mendirikan biara di daerah pedesaan.

Sejajar dengan perkembangan ini orang-orang Kristen mulai tertarik pada Yesus yang manusia, seperti misalnya mistik Bernard dari Clairvux dan Fransiskus dari Assisi. Mistik diarahkan kepada Kristus yang hina dan menderita. Namun demikian ada juga orang yang mulai menisbikan iman Kristen. Mereka ternyata mengetahui adanya agama lain dengan kebudayaan tinggi. Penganutnya tidak hanya sanggup berperang dengan baik, tetapi juga menghormati orang lain. Beberapa kali mereka melepaskan raja atau bangsawan yang tertangkap. Menurut kebiasaan waktu itu seorang tawanan harus membayar sejumlah uang tebusan. Akan tetapi selama dalam masa tawanan mereka diperlakukan dengan baik dan dengan segala hormat.

Pengaruh Islam pada ilmu dan teknologi terhadap bangsa Eropa sangat murad (significant). Dari teknologi pelayaran, pertanian, sampai pada matematika, astronomi, kedokteran, logika, dan metafisika. Akibat pengaruh itu orang-orang Eropa terdorong untuk mencari jalan lain ke Timur Jauh, daerah penghasil rempah-rempah dan kain sutra. Hal ini mereka lakukan supaya tidak bergantung lagi pada dunia Islam.

Pengaruh Perang Salib pada Hubungan Kristen-Islam di Indonesia

Ketika agama Kristen masuk ke Nusantara pada abad ke-16 sudah banyak penduduk yang memeluk agama Islam. Islam sendiri datang pada abad 9 – 10  melalui para pedagang Muslim India, Arab, Persia, dan Tiongkok. F. L. Cooley, yang pada  1983 – 87 memimpin penelitian hubungan Islam dan Kristen di Indonesia, mengatakan bahwa sejak awal kedatangannya kedua agama itu sudah diwarnai oleh suasana kurang baik. Sebelum masuk ke Nusantara kedua agama itu telah terlibat persaingan, konfrontasi, dan konflik di Asia Barat, Afrika Utara, dan Eropa Barat. Pengalaman konflik dan persaingan antara masyarakat kedua agama tersebut memerikan (describe) sikap dan perasaan negatif satu sama lain, sehingga hal itu terbawa juga ketika kedua agama itu masuk ke Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun