Mohon tunggu...
Efron Dwi Poyo
Efron Dwi Poyo Mohon Tunggu... -

Fanatik FC Bayern München. Mia San Mia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Kristen Bercerminlah pada Perang Salib!

3 April 2016   13:25 Diperbarui: 3 April 2016   20:18 3725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang Salib VI (1248 – 1254)

Pada  1244 Yerusalem diduduki kembali oleh tentara Islam. Raja Louis IX melakukan Perang Salib dan menyerang Mesir. Pada  1249 kota Damietta diserbu, namun Louis IX gagal, dan bahkan menjadi tawanan perang. Ia berhasil dilepaskan setelah ditebus dengan banyak uang. Ia pulang ke Perancis pada  1254.

Perang Salib VII (1270)

Antara  1250 dan 1254 Raja Louis IX tinggal di Tanah Suci untuk membangun ulang kubu dan kekuasaan lewat usaha diplomasi, karena merasa gagal lewat perang. Berkat status dan wewenangnya ia berhasil menjadi penguasa di Kerajaan Yerusalem. Sebelumnya ia sempat merebut kota Damietta di Mesir pada  1249 (Perang Salib VI). Namun ketika menuju Kairo pasukannya dipukul mundur dan terserang penyakit pes. Ia sempat ditawan dan dibebaskan sebulan kemudian. Pada  1270 Louis IX kembali memimpin penyerangan ke Tunisia. Namun ia meninggal karena terserang penyakit pes.

Sultan Baybars merupakan orang pertama di antara para sultan yang berhasil menghancurkan kekuatan tentara Salib. Ia adalah keturunan Mameluk dari Mesir. Pada  1262 ia membangkitkan massa Saladin untuk kembali ke Asia Barat. Sebuah kota dan benteng yang dikuasai oleh tentara Salib direbutnya kembali, sehingga pada  1286 kota Jaffa dapat juga ditaklukkan. Penyerangan berikutnya diteruskan ke Utara untuk merebut Antiokhia. Pada  1289 Tripoli di Lebanon direbutnya juga. Pada  1291 Akko, sebuah kota terpenting kekuatan tentara Salib, dapat ditaklukkannya. Sejak saat itu masa tentara Salib habis di seluruh benua Timur.

Akibat Perang Salib pada Gereja dan Islam di Eropa dan Timur Tengah

Nyatalah bahwa tentara Salib tidak membawa damai, tetapi pedang; pedang itu adalah untuk memotong-motong dunia Kristen. Ketidaksetujuan doktrinal yang telah berlangsung lama dipaksakan kepada Gereja Timur oleh kebencian nasional yang mendalam. Perang Salib memang tidak memberikan maslahat apapun bagi orang-orang Kristen di Timur Tengah. Di mata tentara Salib orang-orang Yakobit, Koptik, Melkit, dan Nestorian merupakan orang-orang yang menyimpang dari ajaran yang benar.

Setiap terjadi Perang Salib orang-orang Kristen asli Timur Tengah didera penderitaan. Terjadi pembunuhan besar-besaran, baik atas orang-orang Islam maupun orang-orang Kristen asli Timur Tengah, seperti yang terjadi di Antiokhia (1098 & 1268), Yerusalem (1099 & 1244), Caesarea (1101), Beirut (1110), Edessa (1146), Tripoli (1289), Akko (1291), dan Aleksandria (1365). Setelah pengusiran orang-orang Kristen Barat, orang-orang Kristen di Mesir, Siria, dan Armenia terkena getahnya. Orang-orang Kristen tidak lagi dipercaya oleh penguasa-penguasa Islam. Sikap toleran terhadap orang-orang Kristen juga meluntur dan jurang antara kaum Kristen dan Islam diperdalam. Perang Salib memercepat kemunduran Gereja Timur.

Bagi dunia Islam Perang Salib berakibat memantapkan penguasaannya terhadap wilayah-wilayah yang telah didudukinya dan mengusir tentara Salib. Namun demikian dapat dikatakan mudarat yang didapatkan justru lebih banyak, karena bagi kaum Islam wilayah-wilayah tersebut memang sudah lama mereka kuasai. Tidak ada yang baru dalam hal ini. Tidak ada hal yang baik pada tentara Salib yang dapat dipetik oleh orang Islam. Moral mereka bejat. Mereka memeras kawan dan lawan serta membunuh keduanya tanpa ampun. Hal ini masuk di akal karena pada umumnya tentara Salib berasal dari pengangguran, penjahat, dan rakyat jelata. Tidak ada yang dapat diharapkan dari tentara Salib selain pembunuhan manusia tak berdosa, perampokan, dan pelanggaran kehormatan.

Citra orang Kristen Barat berbeda sekali dengan citra orang Kristen Timur di mata orang Islam. Orang Kristen Timur dihormati sebagai orang-orang berkebudayaan tinggi, sedang orang-orang Kristen Barat dianggap biadab. Ironisnya penyerangan tentara Salib dilakukan dalam nama Kristus, Raja Damai. Sejak zaman itu agama Kristen dihubungkan dengan kekerasan. Sejak zaman itu juga kata salib bagi orang yang berbahasa Arab menimbulkan emosi peperangan. Kesan yang ditimbulkan orang-orang Kristen pada zaman itu tidak pernah dilupakan. Bagi orang Kristen  1100 – 1300 merupakan masa yang sudah lewat. Akan tetapi bagi orang Islam, yang memunyai pandangan tentang sejarah menurut Timur, zaman itu bukanlah zaman yang telah lewat, namun masa yang mengerikan yang selalu dapat muncul kembali.

Pertikaian antara Gereja Barat dan Timur menciptakan rumpang (gap) antara keduanya. Sikap Paus dan tentara Salib terhadap Gereja Timur sangat menyakiti perasaan. Perasaan ini diperkuat  ketika tentara Salib menduduki Konstantinopel pada Perang Salib IV. Peristiwa itu juga memercepat kemunduran kekaisaran Byzantium dan mengakibatkan penaklukan kota ini oleh tentara Ottoman pada  1453. Tentara Islam menguasai Konstantinopel justru karena mendapat maslahat dari kebijakan Gereja Barat terhadap Gereja Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun