Semakin menguatnya rasa memiliki terhadap wilayah pertambangan dan keinginan  memperluas wilayah tambang emas. Kemudian menyebabkan terjadi aksi-aksi pembangkangan, pembelotan dengan mencari pembeli-pembeli emas baru yang lebih menguntungkan dan sampai kepada tidak mentaati pembayaran pajak seperti yang telah dijanjikan sebelumnya.  Akhirnya pemberontakan-pemberontakan dan penyerangan secara nyata kepada kerajaan Sambas Darussalam dimulai setelah tahun ke-10  wilayah pertambangan diberikan. Penggunaan kekuatan senjata tidak terelakkan lagi, dengan bantuan Belanda, Dato Aurum dengan tangan besinya harus memerangi sekelompok penguras sumberdaya alam yang  tidak lagi tunduk ditengah negeri yang berdaulat.
Â
***
 Ditengah semangatku yang menggebu mempelajari dengan detil semua informasi dan dokumen yang berkaitan dengan Kerajaan Sambas Darussalam. Telah datang surat yang lama kutunggu-tunggu dari Bristol. Surat tersebut dibawa bersamaan dengan kedatangan kapal layar dari Malaka yang membawa bantuan armada dan awak kapal lengkap untuk misiku ke Borneo dalam waktu dekat.
 Surat yang telah kucurigai sebelumnya. Aku tidak melihat tulisan Pruistine di amplopnya. Darisanalah kembali kesabaranku diuji, surat yang langsung kuterima dari kapten kapal yang baru saja mendarat di Batavia.
 Surat yang pertama kali kubuka dengan tangan gemetar dan separuh jiwaku terasa langsung terbang tinggi kelangit biru. Ternyata seorang kapten Stewart-pun tidak bisa menahan perasaan yang tertekan dan harus berurai air mata karena kesedihan yang harus kutanggung.
 Surat yang pengantarnya ditulis oleh ayah mertuaku di Bristol. Didalamnya berisi catatan harian Pruistine di hari-hari terakhirnya sebelum ajal menjemputnya di musim salju yang menggigil tepat 14 hari setelah kepergianku ke Batavia.
 Diceritakan mertuaku bahwa Pruistine di hari-hari terakhirnya selalu mengunjungi pelabuhan dimana kami berpisah terakhir kali ditengah cuaca yang membeku dan dingin menggigil. Kebiasaannya  seperti ia menunggu kepulanganku berlayar dari negeri-negeri Eropa terdekat dengan waktu kembali yang dapat dipastikan. Pruistine menunggu sampai dinihari. Sampai suatu waktu ia ditemukan tergeletak tak bernyawa di tepian pelabuhan Bristol.
 Tidak ada yang dapat menggantikan Pruistine dihatiku. Seseorang yang tulus mencintaiku dan mendampingi hampir separuh umurku. Sering aku tidak dapat meneruskan membaca beberapa catatan harian Pruistine karena air mataku langsung menetes tanpa bisa kucegah. Kenangan bersamanya tidak akan dapat kulupakan. Perempuan yang sangat tabah mendampingiku yang sewaktu hidup banyak berada diatas kapal layar. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI