Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (15. Elegi di Kerajaan Sambas Darussalam)

26 Januari 2022   23:25 Diperbarui: 26 Januari 2022   23:26 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                 "Mereka menganggu keamanan jalur pedagangan, emas-emas yang dimuat dilambung kapal diambil paksa, tidak jarang awak kapal dibunuh dan kapal ditenggelamkan" kata Bestari getir. Aku terus memperhatikannya dengan serius tanpa sedikitpun untuk menyela pembicaraanya yang sedikit emosional. Hal ini sesuai misi awalku yaitu untuk menggali sebanyak-banyaknya informasi yang akan menjadi bekal perusahaan dagang Belanda nantinya.

                 Aku mengangguk-angguk saja karena apa yang disampaikan seperti informasi sama yang juga telah aku dapatkan sebelumnya dari VOC di Batavia. Tetapi ternyata ada cerita lain yang disampaikannya yang kemudian kurangkum dalam catatan tersendiri dibawah ini.

 Sambas Darussalam sebagai negeri berdaulat, wilayahnya juga meliputi samudra yang luas. Kapal Inggris berlalu lalang dari Malaka menuju Kerajaan Banjar di ujung selatan Borneo melalui perairan Sambas Darussalam, tentu harus dengan membayar pajak kepada penjaga keamanan kerajaan. Satu-satunya jalur terpendek, dibanding harus melalui Pantai Barat Sumatera dan Selat Sunda dengan waktu tempuh 3 kali lebih panjang.

 Raja Dato Aurum telah mengambil keputusan bahwa kapal-kapal layar yang tidak mematuhi ketentuan dari sebuah negeri yang merdeka dan berdaulat merupakan bentuk pembangkangan. Tindakan tegas diambil. Mereka harus membayar setimpal mulai dari merampas isi kapal, atau bahkan penenggelaman kapal beserta seluruh isinya untuk memberikan efek gentar dan tidak lagi menganggap remeh Kerajaan Sambas Darussalam dikemudian hari.

 Kilau emas telah membutakan. Sebuah kerajaan seiman diseberang lautan yang bersepakat dengan kongsi dagang Inggris tercatat telah beberapa kali melakukan provokasi di lautan. Mereka merampas emas--emas kerajaan dengan tujuan untuk menguasai jalur strategis perdagangan yang ada. Perang tidak terelakkan demi mempertahankan harga diri Kerajaan  Sambas Darussalam yang berdaulat.

 Kisah emas juga telah membawa langit mendung di Sambas Darusalam seperti yang diceritakan Bestari kepadaku.

 Emas kembali menarik pedagang seluruh dunia untuk datang. Termasuklah didalamnya pedagang-pedagang ulet dari negeri Tiongkok sebelum abad-17. Mereka datang membawa keramik porselin mewah, kain sutra pilihan dan teh kualitas terbaik sembari mengadakan kontak dagang jual beli dengan Sambas Darussalam secara resmi. 

Melihat begitu semaraknya pertambangan dan banyaknya emas yang ada sehingga perjalanan misi mereka berikutnya adalah berusaha untuk ikut serta dalam penambangan. Ditambah kebutuhan yang sangat besar akan pekerja khusus penambang emas. 

Sehingga ditahap awal abad-17 didatangkan besar-besaran pekerja khusus tersebut. Seiring dengan  meningkatnya aktifitas dan perluasan wilayah tambang, sehingga gelombang kedatangan pekerja berikutnya langsung mengisi pusat-pusat tambang yang menyebar dibeberapa sentra produksi emas utama di Sambas Darussalam.

 Kemudian mereka diberikan hak ekslusif oleh Dato Aurum, yaitu konsesi diwilayah pertambangan masing-masing. Kemudian pusat konsentrasi wilayah pertambangan emas  berkembang pesat dan tidak lagi menyerupai kampung tetapi seperti kota-kota kecil. 

Ekslusivitas semakin menjadi--jadi disaat setiap pusat produksi emas diketuai oleh seorang kapten penguasa kota. Mereka menyediakan secara mandiri: tentara khusus yang terlatih, menjalankan peradilan pidana dan perdata, membangun balai kota yang sangat kokoh menyerupai benteng pertahanan, mencetak uang sendiri, memungut pajak diwilayah kekuasaannya, mendirikan sekolah serta menjalankan ritual agama nenek moyang secara bebas. Seperti kota-kota satelit baru disebalik rimba pohon yang lebat dan rapat ditengah hutan Borneo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun