Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (11. Gudang Senjata Terkutuk)

26 Januari 2022   18:44 Diperbarui: 26 Januari 2022   18:46 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah sendiri dengan pictsart app

Akhirnya memang aku menyadari ada orang lain yang sengaja tidak menginginkan kehadiranku di Batavia, mungkin karena telah menghambat karir militer serta memperlambat promosi jabatan orang tersebut.

Kembali perasaan sayangku terhadap Mayang telah membuatku untuk terus mencari tahu sejauh mana hubungan mereka berdua. Dari gerak gerik Arthur terhadap Mayang, dugaanku sepertinya ia  juga merasakan hal yang sama dengan diriku yaitu menyukai dan mencintai seorang Mayang. Apakah Mayang telah jatuh cinta kepada Arthur sehingga dia tidak mau menerima perasaanku?. Kecemburuan yang mulai menggelayuti perasaanku, membuatku untuk selalu mengetahui kemana dan sedang apa diantara mereka berdua.

Sementara itu aku masih terus mempersiapkan diri dengan baik untuk misi berlayar ke Borneo. Saat ini sangat sibuk dengan berbagai bahan bacaan dokumen penting dan berusaha memahaminya agar berhasil dalam menghadapi misi penting nantinya.

Senyum kadang terlihat dari wajah gadis yang penuh percaya diri dan tulus dalam bekerja tersebut, yang justru kemudian merasa membuatku bertambah cemburu. Hal yang disebabkan oleh karena keterbatasanku untuk berkomunikasi lebih hangat dan jalanku yang terlihat sedikit jingkat. Jika dibandingkan dengan Arthur yang plamboyan dan sangat lincah dalam berbahasa tentu sangat mudah baginya mendekati siapa saja. Termasuk Mayang.

Kecemburuanku semakin menjadi di saat Mayang yang harus pulang malam yang saat itu diantar Arthur disaat hujan turun dengan lebatnya. Mereka sepayung berdua. Mereka terlihat begitu dekatnya seperti sebagai sepasang kekasih.

Setelah malam hujan lebat dengan kilat dan petir yang menyambar-nyambar itu. Untuk beberapa hari kemudian Mayang tidak masuk kerja seperti biasanya, dengan alasan kondisi badannya yang tidak sehat. Sehingga untuk urusan harian rumah tangga dirumahku harus dicarikan pengganti sementara oleh Arthur.

Belakangan kuketahui alpanya Mayang bekerja yaitu adanya kejadian disebuah gudang kosong tempat senjata disimpan. Arthur memperkosa Mayang tanpa ampun digudang kosong laknat itu yang kuncinya memang berada dibawah penguasaannya. Parahnya lagi, gudang itu berdampingan dengan gereja yang sering kami kunjungi saat ibadah minggu bersama.

"Tuan-tuan boleh mengambil segalanya dari negeriku dan bahkan tubuhku sendiri, tetapi tidak ...," ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya yang terdengar lemah tetapi tegas. Mayang kemudian hanya bisa menepuk dadanya beberapa kali. Air matanya menggenang tetapi tidak tumpah, sesekali tubuhnya tampak bergetar. Seperti ia tidak ingin membuka lembaran luka yang menganga dalam yang tidak terungkap ditengah beban kehidupannya yang sudah sangat berat itu.

Saat itu aku hanya bisa bisa menahan amarah, karena tega-teganya Arthur melakukan itu terhadap Mayang. Hal itu kuketahui saat Mayang memintaku untuk tidak diantar lagi oleh Arthur jika sampai dengan pulang malam, tetapi ia meminta Dirja pemuda kampung yang dipercayainya untuk tugas itu. Saat menjelang malam yang hitam pekat memang banyak potensi tindakan kriminal akibat kemelaratan, kemiskinan dan frustasi penduduk Hindia Belanda di Batavia.  

Aku sebagai seorang lelaki normal  juga merasa geram dengan apa yang telah diperbuat Arthur. Alasan yang dibuat Arthur dikatakan bahwa saat itu ia dalam keadaan pengaruh kontrol minuman keras yang ditenggak sebelumnya.

"Plak ... plak ... plak ... plak,"kupuaskan diriku meninju wajah dan dada Arthur beberapa kali. Tidak sedikitpun ia ingin membalas. Tubuhnya sepertinya dibiarkannya menjadi sasaran amukan genggaman tinjuku yang seperti sedang kerasukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun