Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal "Empty Nest Syndrome" pada Orangtua dan Cara Mengatasinya!

16 September 2022   14:37 Diperbarui: 16 September 2022   20:11 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sarang kosong| Dok Unsplash.com/Luke Brugger

Sejatinya, para orangtua ingin agar anak-anaknya sukses dalam pendidikan dan karier. Salah satu konsekuensinya adalah anak-anak harus meninggalkan rumah demi meraih cita-citanya.

Itulah pada umumnya harapan orangtua. Tetapi, di sisi lain orangtua dengan segera akan merasakan empty nest tatkala ditinggal pergi oleh anak-anak.

Oleh karena itu, tiada pilihan lain selain mengikhlaskan kepergian anak-anak dari rumah, baik untuk melanjutkan studi maupun untuk menikah. Itulah perubahan yang harus dilalui.

Kedua, tetap menjaga komunikasi.

Kendati anak sudah jauh dari rumah, namun dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, komunikasi tetap bisa dilakukan.

Orangtua masih bisa melakukan kontak dengan anak melalui berbagai media yang tersedia, bahkan bisa berembug secara virtual dengan mereka sewaktu-waktu dan secara bersamaan.

Akan tetapi, jangan pula terlalu sering mengontak anak. Ingatlah, mereka juga memiliki kesibukan kerja atau studi yang harus ditanganinya. Terlebih-lebih anak yang sudah berkeluarga dan memiliki anak juga.

Jadi, lakukan kontak seperlunya saja. Hindari juga sampai meminta dan memantau jadwal kegiatan harian mereka, karena ini sungguh akan merepotkan si anak.

Berkomunikasilah secara rutin dengan anak, misalnya 2-3 kali per bulan untuk saling berbagi kabar. Tentu saja ada perkecualian jika ada hal-hal penting yang mesti dibicarakan.

Ketiga, pererat hubungan dengan pasangan.

Selama anak-anak masih berada di rumah mungkin masing-masing orangtua sudah demikian disibukkan oleh pekerjaan dan menguruh anak-anak sehingga intensitas komunikasi dengan suami atau istri menjadi tidak optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun