Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Financial

Jatuhnya Kepercayaan di Pasar Modal Indonesia: Kajian Penurunan IHSG Kuartal I 2025

9 Juni 2025   15:14 Diperbarui: 9 Juni 2025   15:14 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Bisnis.com

Posisi Indonesia dalam Konteks Regional dan Global

Meskipun penurunan IHSG pada kuartal I 2025 dipicu oleh tekanan domestik yang sangat spesifik, skala dan kedalamannya mencerminkan bahwa pasar Indonesia mengalami tekanan yang jauh lebih berat dibandingkan negara lain di kawasan maupun global. Sepanjang Januari hingga 27 Maret 2025, IHSG turun sekitar 8,04 persen secara year-to-date, dari penutupan 2024 di level 7.079 ke 6.510. Koreksi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar saham dengan kinerja terburuk di Asia, dan termasuk yang paling lemah secara global.

Pada akhir Februari, IHSG sudah melemah sebesar 11,3 persen sejak awal tahun, jauh lebih dalam dibandingkan indeks saham negara-negara ASEAN lain seperti Filipina yang turun 8,1 persen, Thailand 8 persen, dan Malaysia 4,1 persen. Pada pertengahan Maret, media internasional bahkan menyebut IHSG sebagai indeks dengan performa terburuk kedua di dunia, sedikit di atas Thailand. Ini menegaskan betapa ekstremnya tekanan yang terjadi di pasar Indonesia.

Di sisi lain, indeks global utama menunjukkan ketahanan yang jauh lebih baik. MSCI Emerging Markets Asia hanya terkoreksi sekitar 2 hingga 3 persen pada periode yang sama. Beberapa negara berkembang seperti India bahkan mencatatkan kinerja positif atau relatif datar berkat stabilitas makroekonomi dan persepsi investor yang tetap terjaga.

Salah satu perbedaan paling menonjol adalah arus keluar modal asing dari pasar saham Indonesia yang jauh lebih besar dibanding negara lain. Sepanjang kuartal I, penjualan bersih investor asing mencapai Rp33,18 triliun. Sementara itu, beberapa pasar regional lainnya masih mencatat net inflow atau penjualan bersih dalam jumlah yang lebih moderat. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap pasar Indonesia bukan semata karena rebalancing global, tetapi juga dipicu oleh faktor domestik yang memperburuk persepsi risiko.

Menariknya, di tengah keluarnya dana asing dari pasar saham, instrumen pendapatan tetap seperti Surat Berharga Negara dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia justru mencatat pembelian bersih asing masing-masing sebesar Rp23,87 triliun dan Rp8,58 triliun hingga 20 Maret. Ini menandakan bahwa investor asing belum benar-benar meninggalkan pasar Indonesia, melainkan hanya menghindari ekuitas yang dianggap lebih rentan terhadap ketidakpastian makro dan politik domestik.

Penurunan tajam IHSG terjadi pada saat valuasi pasar sudah relatif rendah. Rasio price-to-earnings Indonesia pasca-koreksi menjadi salah satu yang terendah di kawasan, membuka ruang teknikal untuk pemulihan. Namun, valuasi murah belum cukup menarik investor jika tidak disertai dengan kejelasan arah kebijakan.

Dengan demikian, penurunan IHSG di awal 2025 merupakan anomali, bukan hanya dalam konteks ASEAN tetapi juga secara global. Koreksi ini mencerminkan krisis kepercayaan yang dalam terhadap prospek ekonomi dan arah kebijakan pemerintahan baru. Sementara negara-negara lain masih mampu mempertahankan kepercayaan investor meski dalam tekanan global, Indonesia justru kehilangan daya tarik akibat ketidakpastian fiskal, transisi politik, dan keraguan terhadap stabilitas kebijakan jangka pendek.

Ke depan, persepsi pasar terhadap Indonesia akan sangat ditentukan oleh sejauh mana pemerintah dan otoritas keuangan dapat menyampaikan arah kebijakan yang jelas, menjaga kredibilitas fiskal dan moneter, serta memulihkan kepercayaan institusional. Tanpa respons yang konsisten dan terkoordinasi, risiko ketertinggalan Indonesia dari pemulihan pasar kawasan tetap terbuka.

Daftar Pustaka:

Rinaldi, Renold. 2025. "Bond Market Remains Resilient, Issuance Reaches Rp46.75 Trillion in Q1-2025." Indonesia Business Post. https://indonesiabusinesspost.com/4100/markets-and-finance/bond-market-remains-resilient-issuance-reaches-rp46-75-trillion-in-q1-2025. Diakses 31 Maret 2025.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun