Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Financial

Jatuhnya Kepercayaan di Pasar Modal Indonesia: Kajian Penurunan IHSG Kuartal I 2025

9 Juni 2025   15:14 Diperbarui: 9 Juni 2025   15:14 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Bisnis.com

Tren Sektoral

Koreksi IHSG pada kuartal I 2025 memperlihatkan tidak adanya sektor yang benar-benar terlindungi dari tekanan pasar. Hampir seluruh sektor utama mengalami pelemahan, mencerminkan krisis kepercayaan yang meluas serta dominasi sentimen negatif. Penurunan ini tidak semata-mata disebabkan oleh pelemahan fundamental, melainkan diperburuk oleh aksi jual berbasis persepsi risiko, kepanikan investor, dan respons cepat terhadap informasi yang belum tervalidasi.

Sektor keuangan, yang menjadi penopang utama IHSG, justru mencatat koreksi paling dalam. Saham-saham bank besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI turun tajam, dengan BBCA merosot dari kisaran Rp9.000 pada akhir 2024 menjadi sekitar Rp7.000-an di Maret 2025. Investor asing mencatatkan penjualan bersih senilai belasan triliun rupiah pada saham-saham ini, mencerminkan meningkatnya aversi risiko terhadap sektor finansial domestik. Tekanan muncul dari berbagai faktor: suku bunga tinggi yang menekan margin bunga bersih dan melemahkan permintaan kredit, potensi kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL), serta ketidakpastian politik memperburuk sentimen pasar. Tidak hanya bank, saham emiten pembiayaan, asuransi, dan sektor keuangan lainnya turut terkoreksi signifikan, menjadikan sektor ini penyumbang terbesar terhadap penurunan indeks.

Sektor teknologi mencatat koreksi terdalam di antara seluruh sektor. Saham GOTO mencatatkan penjualan bersih investor asing senilai Rp1,37 triliun. Tekanan juga melanda saham-saham e-commerce, pusat data, dan platform digital lainnya. Naiknya imbal hasil obligasi global, lemahnya performa fundamental sejumlah startup, dan berakhirnya toleransi pasar terhadap model "pertumbuhan tanpa laba" membuat sektor ini kehilangan daya tarik. Dalam kondisi pasar yang cenderung defensif, valuasi tinggi justru menjadi beban. Indeks sektoral teknologi BEI (IDXTECHNO) pun mencatat pelemahan paling tajam sepanjang kuartal.

Setelah mencatat performa solid dalam dua tahun terakhir, sektor komoditas juga mengalami koreksi tajam. Penurunan harga batubara, minyak, dan logam dasar berdampak langsung pada saham-saham seperti ADRO, ITMG, PTBA, MEDC, PGAS, ANTM, INCO, dan MDKA. Faktor tambahan seperti penurunan permintaan dari Tiongkok dan meningkatnya kekhawatiran ESG turut menekan minat investor. Meskipun valuasi beberapa emiten sudah tergolong murah, proyeksi makro yang lemah membuat sektor ini tetap dihindari.

Sektor konsumsi pun tidak mampu bertahan. Lemahnya daya beli masyarakat, deflasi, dan depresiasi rupiah menurunkan kinerja emiten seperti UNVR, ICBP, MYOR, SIDO, serta ritel besar seperti MAPI, ERAA, dan ACES. Penurunan penjualan, stagnasi laba, dan kenaikan biaya impor menjadi tekanan berlapis. Saham rokok seperti GGRM dan HMSP ikut tertekan oleh kebijakan kenaikan cukai dan pergeseran pola konsumsi. Baik konsumsi primer maupun sekunder mencatat pelemahan, menandakan bahwa sektor ini pun tidak lagi menjadi tempat berlindung.

Sektor industri dan manufaktur menghadapi tekanan dari sisi permintaan dan biaya. Penurunan konsumsi dalam negeri serta lemahnya ekspor berdampak pada kinerja emiten semen seperti SMGR dan INTP, serta otomotif seperti ASII. Industri tekstil dan garmen juga mengalami kontraksi akibat sepinya pesanan dari luar negeri. Margin perusahaan tertekan oleh suku bunga tinggi dan fluktuasi harga energi. Dalam situasi seperti ini, investor cenderung menghindari sektor yang dianggap rapuh terhadap tekanan biaya.

Di sektor properti dan konstruksi, beban berat datang dari suku bunga yang tinggi. Kredit pemilikan rumah menjadi mahal, memperlambat penjualan dan menekan saham developer seperti BSDE, CTRA, dan SMRA. Sementara itu, saham BUMN konstruksi seperti WIKA, ADHI, dan PTPP juga terkoreksi akibat kekhawatiran terhadap pembiayaan proyek dan risiko likuiditas. Sentimen pasar memburuk setelah kasus gagal bayar oleh Waskita (WSKT), memperkuat persepsi risiko di sektor ini.

Sektor-sektor yang lazimnya dianggap defensif pun tidak luput dari koreksi. Saham layanan kesehatan seperti MIKA, HEAL, dan SILO menurun tipis, sebagian dipengaruhi oleh turunnya volume pasien pascapandemi. Saham telekomunikasi seperti TLKM dan EXCL ikut melemah karena aksi ambil untung oleh investor asing. Emiten utilitas seperti operator kelistrikan dan jalan tol juga mencatatkan pelemahan ringan akibat tekanan biaya modal dan ketidakpastian regulasi. Tidak terjadi rotasi yang berarti ke sektor-sektor ini. Penurunan IHSG kali ini bersifat indiscriminative, mencerminkan bahwa tekanan di pasar meluas tanpa pembedaan terhadap kualitas fundamental tiap sektor.

Respons Otoritas Pasar

Menghadapi tekanan pasar yang intens sepanjang kuartal I 2025, otoritas keuangan Indonesia --- meliputi Bursa Efek Indonesia (BEI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Keuangan --- bergerak cepat dan terkoordinasi untuk meredam gejolak serta mengembalikan kepercayaan investor. Respons tersebut mencakup intervensi langsung di pasar, penyesuaian kebijakan makroprudensial, serta penguatan komunikasi publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun