Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duduk di Hadapan Para Dewa

17 April 2024   06:25 Diperbarui: 17 April 2024   23:18 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bertemu dengan empat "dewa". Sumber gambar dari Shutterstock.com.

Namaku terpanggil untuk masuk ruangan hampa udara

Hanya ada suara ketukan dan derit pintu yang terdengar

Jantungku berdegup kencang saat duduk di kursi yang membara

Seolah menghadap empat dewa  yang sedang menatapku tajam.



Dua dari mereka meneliti lembaran nasibku di tangannya

Satu lagi menimbang kelebihan dan kekurangan perjalanan hidupku.

Dewa yang terakhir menguji dan memujiku dengan kalimat yang ambigu

Pasrah menyerahkan nasibku pada para dewa di depanku.


Penolakan dan kegagalan selalu bersamaku setiap bertemu dengan mereka

Mengadu nasib tanpa ilmu dan pengetahuan di dunia nyata

Semua kemalasan yang telah memanjakanku dengan kebodohan abadi

Hanya berharap pada empat dewa itu meskipun penuh janji palsu.

Baca Juga : Pak Kadirin dan Malam Lebaran

Tersentak aku sadar bahwa mereka bukanlah dewa atau malaikat maut

Berani menentukan baik atau buruknya akan nasib diriku

Aku adalah aku dan kamu semua bukanlah dewa yang sebenarnya.

Cahaya terang memasuki rongga jiwaku untuk memilih nasibku sendiri.


Kutinggalkan ruangan hampa itu tanpa ada rasa penyesalan

Dengan mengutuk empat dewa yang mengaku sempurna di hadapanku

Bersandiwara dengan tawaran-tawaran gila yang akan menjebakku

Segera kuayunkan kakiku untuk menemui para dewa lain di langitnya.

Puisi ditulis untuk Kompasiana.com

Magetan, 16 April 2024

Baca Juga : Ketika Aku Bertemu Diriku

Baca Juga : Jiwa Tak Bersayap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun