Menghitung berapa sisa di rekening, menghitung cicilan yang belum lunas, menghitung apakah bulan ini cukup untuk bertahan.
Semoga kamu akan menemukan tempat dimana hal-hal kecil dari dirimu akan dihargai.
Mereka bukan musuh. Mereka bukan penghalang. Mereka justru penjaga moralitas kolektif kita yang mulai retak.
Puisi ini menceritakan tentang perasaan cinta yang sangat mendalam
Setakutk itu kamu hingga berbuat seperti ini?
Betapa hangatnya pelukan dari kata-kata menenggelamkan bisikmu hanya padaku
Hembusan angin yang kau rasakan namun Apa kamu bisa melihatnya tentu tidak terlihat olehmu
ini puisi tentang kita, aku persembahkan buat suamiku tercinta
Aku mencintaimu dalam diam yang hanya cukup dengan doa, tanpa perlu kau tahu.
Jika aku boleh berlari sekali lagi padamu, akan kubenamkan wajah sembabku di bahumu,mungkin dengan isak tanpa teriak, mungkin pula napas ter
Tentang kamu yang membekas, ceritamu tersirat di benak.
Aku terjebak dalam masa lalu, hingga kamu datang tanpa diminta, dan mengubah segalanya
Saat itulah aku tahu, aku tidak butuh rumah, tidak butuh dunia, karena rumahku adalah pelukanmu
Di bawah langit yang tak pernah tidur, Aku menatap matamu yang penuh rahasia
Terhitung sudah sepuluh tahun lewat sebelas bulan kamu pergi ke rumah Tuhan. Sudah sepuluh kali hari raya kami lalui tanpamu. Meski demikian, ketika g
Mencintai Seharusnya memahami Kekurangannya Pula
Merantau itu nggak cuma pindah tempat, tapi juga belajar hidup. Suka duka, mandiri, dan banyak kejutan—siap nggak siap, harus jalan terus! 🚀
Kita pernah menang dari kekalahan, jangan menunduk pada ketidakmungkinan