Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi yang Terserak di Kolong Jiwa

6 April 2021   12:12 Diperbarui: 6 April 2021   12:22 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi oleh Joko Dwiatmoko

Aku menemukan sebaris puisi di kolong Jiwa

Dalam gelapnya nurani dan tidak satupun api semangat menyala

Lorong yang dipenuhi duri duri dari kerikil kebencian

Dan suara - suara menggema dari ujaran kebencian yang tersisa

Menemukan sebaris puisi bagaikan menemukan air kehidupan

sebab kolong itu sudah penuh dengan iblis yang siap menerkam

dan siap mencuci jiwa menjadi sosok pembenci

semakin hari banyak lorong tersembunyi di sejumlah jiwa

apalagi mereka yang bergerak dan memuja kekuasaan

semakin pekat karena tidak ada ruang untuk kontemplasi

Semua penuh hitungan, kalkulasi yang semakin njelimet dari otak yang semakin penuh dengan ambisi

ambisi kaya, meraih kekuasaan dan taktik busuk untuk meruntuhkan kejujuran demi tahta

dan kelangsungan dinasti.

Hidup menyusup di kolong jiwa orang - orang itu serasa menyusup dalam lembah kenistaan

penuh duri penuh onak dan tetesan nanah dan luka membusuk.

beda dengan mereka yang telah selesai dengan diri sendiri, tanpa ambisi

namun selalu yakin kehidupan memberi kesempatan dia untuk selalu berbuat baik.

meski boleh dikatakan hidup sederhana tapi lorongnya bersih terang, segar

Tidak ada duri yang melukai, bahkan bergulingpun seperti terlapisi kapas tebal, empuk dan nyaman

Terus terang sepanjang lorong aku menemukan inspirasi puisi tentang keindahan.

Pada manusia yang kolong jiwanya penuh onak belajarlah pada mereka yang menegakkan kejujuran dan kehidupan sederhana. Tidak mudah, tapi selalu ada celah untuk berubah.

Sayangnya jutaan orang yang terpedaya media sosial sudah mulai luntur kepedulian, lebih suka mengumpat dan memaki, lebih suka mempersoalkan keadilan tanpa ada usaha untuk adil pada diri sendiri dan orang lain, hanya berteriak namun lebih dengungan di mulut, tidak sampai di kolong jiwa.  

Jonggol, 6 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun