Di Rumah Hatiku, Satu-Satu Jiwa yang Sedih
Di rumah hatiku, sunyi menyapa,
Hanya ada aku, jiwa yang merana.
Terkungkung dalam kesedihan yang mendalam,
Menanti secercah cahaya yang menerangi jalan.
Dinding-dinding hatiku terasa dingin,
Membeku oleh rasa kecewa dan kepedihan.
Kenangan pahit menghantui setiap sudut ruangan,
Memperdalam luka yang tak kunjung sembuh.
Satu-satunya jiwa yang tersisa di rumah ini,
Berjuang melawan rasa sepi dan kesendirian.
Mencari secercah harapan di tengah kegelapan,
Menanti keajaiban yang mengubah keadaan.
Air mata mengalir tanpa henti,
Membasahi pipi yang pucat pasi.
Doa-doa dipanjatkan ke langit yang tinggi,
Memohon kekuatan untuk melewati hari-hari.
Meskipun diliputi kesedihan,
Aku takkan pernah menyerah.
Teruslah berjuang dan berharap,
Sampai kebahagiaan datang menjemput.
Di rumah hatiku, aku takkan pernah sendirian,
Karena Tuhan selalu menyertai.
Dia lah yang akan memberiku kekuatan,
Untuk melewati masa-masa sulit ini
Di rumah hatiku, satu-satu jiwa yang sedih,
Menyelimuti ruang-ruang yang sunyi,
Namun cahaya harapan masih memancar,
Menyinari kegelapan dengan hangatnya sinar.
Tiap detik berlalu, membawa luka dan duka,
Namun tetaplah berdiri, tegar dalam cinta dan kasih,
Meski hati terasa rapuh dan lelah,
Namun tetap ada ruang untuk berbagi dan menyembuhkan.
Di antara duka, masih ada sinar kebahagiaan,
Di antara tangis, masih ada tawa yang mengalun,
Rumah hatiku adalah tempat untuk menghibur,
Menyambut setiap jiwa yang membutuhkan pelukan.
Satu-satu jiwa yang sedih, kau tidak sendiri,
Dalam rumah hatiku, kau selalu disambut dengan hangat,
Bersama-sama kita hadapi badai yang melanda,
Dan bersama-sama kita bangkit, menghadapi cahaya yang datang.