Aku masih memanggilmu dengan bahasa hati menunggu engkau berbalik dengan tatapan sayang
Rasa kecewa yang membawa luka dengan mudahnya hilang
memaafkanmu, dengan sesak yang tertanggung dan air mata yang membendungKarena aku yakin Karena-Nya yang hatiku dalam genggaman-Nya.
Marilah ke dalam hatiku, pergilah ke sudut-sudut ruangnya... Kau akan tertegun, di sana masih terikur indah, mamamu
Buah hatiku.... Kalian sudah besar, sudah saatnya ku lepas dengan ikhlas Kan ku antar kalian ke penjara suci yang damai dan tenteram
Setangkai bunga, penada pagi yang cerah, secerah hatiku
Aku belum siap berpatah hati karena satu hati. Mungkin karena banyak hal yang sedang berjalan bersamaan
Seseorang yang jatuh cinta denagn kecantikannya
Hatiku adalah Milikmu
Sepekan yang menggetarkan
Karena pagi menginspirasi sebuah kehidupan, Tentang awal sebuah rasa
Tolong kalau memberi nasihat itu yang real bisa dilakukan. Kalau abstrak seperti, "Lupakan." Maaf aku belum gila dan hilang ingatan, untuk bisa lupa.
Guruku, Engkaulah Suluh Hatiku, Engkau penerang kegelapan
Guruku Obat Hatiku, Mengobati Hatiku yang Sedang Hampa Tanpa Dea
Hatiku hujan sebab tidak semua rasa bisa kita sebutkan
Matamu Hatiku Tatapmu Rinduku Jarakmu Harapku Jangkaumu Patahku Apimu Abuku
Meskipun tidak sekarang untuk bisa dimiliki, namun saya berharap dengan usaha saya besok kamu akan bia ku miliki.
Aku ingin duka ku secepatnya hilang dari relung hati ini sebelum cintanya menjangkiti, mencabik-cabik seluruh tubuhku.
Diam-diam hatiku kaucuri dan membalurinya dengan serbuk kopi lalu kau kembalikan sewaktu aku sibuk bercuci diri di kamar mandi: byur byur byur byur
Aku takut ia makin ketagihan, makin candu, ujungnya rindu, tapi cuma bisa menatap matamu di langit biru membayangkan wajahmu terus memelukku