"Aslinya sih haram , tapi kalau darurat bisa jadi halal,"
"Daruratnya dimana?"
"Saya kan belum gajian bulan ini, Pak"
      Markesot melongo, pura-pura denger, lalu dia kembali mengetik di komputer, Entah apa yang dia ketik itu tidak penting yang penting dia ngetik.
***
Â
Sambil menulis Markesot menengguk kopi, matanya masih berlari-lari kecil diantara layar monitor dan keyboard, maklum dia tidak bisa mengetik 10 jari, ia hanya menggunakan 4 jarinya untuk mengetik. Meski lama jadi penulis, tapi tidak semua jari biasa ia gunakan. Â Menurutnya kalau dia lancar dengan 10 jari, ia tidak akan membuka jasa penulisan tapi jasa pengetikan heheh.
      Sambil menulis buku, Markesot masih aktif di sosial media, terutama di facebook, apa saja ia tulis untuk meng update status. Kadang kalau lagi bte, ia memfoto secangkur kopi dan singkong rebus buatan istrinya yang tersedia di meja, lalu ia upload di Fb sambil dikasih tulisan "teman tidak mesra". Apa maksud captionnya, Markesot tak perlu menjelaskan, biar pembaca yang menilai sendiri sesuai kadar ilmunya. Kadang apa saja yang ia pikirkan ia tulis di FB. Biasanya di status FB ada tulisan "apa yang sedang anda pikirkan"  kalau isengnya kumat, Markesot menjawab saya tidak memikirkan apa-apa.
      Sore itu, anaknya yang paling gede, Rosalia menemuinya setelah Jambul pulang. Jam kerja Jambul mulai jam 8 sampai dengan jam 5 sore kecuali lembur. Â
"Yah mau tanya, ibukota Peru mana ya?"
"Lima," Jawab Markesot cepat tanpa melihat anaknya.