Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pintu Ruang Guru Masih Terbuka

22 Juli 2021   17:47 Diperbarui: 30 Juli 2021   22:15 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Pintu Ruang Guru Masih Terbuka. Ilustrasi: Pixabay.com

Momen itu membuat Harzaid berpikir, kalau pintu ruang guru memang sebaiknya dibiarkan terbuka. Karena kerap kali guru datang dan pergi. 

Perihal siapa yang meletakan batu bata sebagai pengganjal pintu itu, tidak terlalu dipikirkan oleh Harzaid.  Tak lama berselang. Pak Surya pun menghampiri ruang tengah.

" Boleh saya ajak Bohar bersama saya?" tanya Pak Surya begitu tenang. Suaranya tebal, seperti bersumber dari dalam dada.  Pak Masir mempersilakan ruang BK yang sedang kosong itu untuk digunakan.

***

Pintu ruang guru masih terbuka. Mempersilakan angin menyeruak masuk membawa kesegaran yang menandingi kipas di atas kepala Harzaid.

Harzaid belum rela untuk lanjutkan mengoreksi. Ia sedang berkutat dengan gawai, walau sebenarnya ia sedang mengerahkan kerja telinganya kuat-kuat.

" Kamu baru belajar. Kamu harus menghindar dari hal-hal seperti ini .."

Harzaid dapat menangkap suara Pak Surya di ruang BK. Terdengar pula sayup-sayup bunyi isak tangis misterius. Bibir Pak Surya memang sempat berkecumik, membuat Harzaid menangkap bunyi gumaman bahasa yang ia pahami seperti doa. 

Dari kejauhan Pak Masir memberi anggukan kepala kepada Harzaid. Bagai memberitahu bahwa semua baik-baik saja. 

Bohar pun keluar dari ruang BK dengan rona wajah yang berbeda sama sekali. Setelah mengusap bekas air mata di pipinya, Bohar lantas mencium tangan Sarul yang sejak tadi duduk tegang di ruang tengah.

" Semuanya, Nak." Ucap Pak Surya, sambil meninggalkan ruang BK. Bohar pun mengambung lembut-lembut tangan pak Masir dan Harzaid. Bohar yang telah berubah kemudian menerima aba-aba Pak Surya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun