Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pintu Ruang Guru Masih Terbuka

22 Juli 2021   17:47 Diperbarui: 30 Juli 2021   22:15 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Pintu Ruang Guru Masih Terbuka. Ilustrasi: Pixabay.com

"Jangan pakai sambal hijau, sisanya tanya pada bapak-bapak guru." Tutur Pak Surya sambil menyerahkan selembar uang kepada Bohar. Seperti proses absen di kelas sahut menyahut pun terdengar, ayam bakar, kerupuk, dan tunjang.

Harzaid senang. Bukan hanya karena Pak Surya mentraktir makan siang, tapi juga karena menemukan cerita baru. Pak Surya menjelaskan tentang apa yang telah ia lakukan kepada Bohar.

" Lihat. Ini sangat berbahaya.  Remaja seumuran Bohar masih besar sekali rasa akunya." Pak Surya menjulurkan sehelai kain. Ia menjelaskan bahwa kain itu termaktub di ikat pinggang milik Bohar.

" .. orang-orang terminal, preman, perantau, anak-anak tauran, sering sekali pakai itu. Ini dapat merusak jiwa dan pikiran."

Harzaid  tampak takjub mendengarkan Pak Surya. Begitu pula Pak Masir yang rela meninggalkan layar komputer untuk menyimak cerita itu. 

Sedangkan di ambang pintu ruang guru yang tidak tertutup,  terlihat Sarul sedang berjalan bersama Bohar, hendak mencari warung nasi padang.

Marendra Agung J.W 

2017-2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun