Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pintu Ruang Guru Masih Terbuka

22 Juli 2021   17:47 Diperbarui: 30 Juli 2021   22:15 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Pintu Ruang Guru Masih Terbuka. Ilustrasi: Pixabay.com

***

" Jangan mengelak terus! kamu sudah jelas salah!"

Perhatian Harzaid tersita pada suara sengau pak Rianto. Guru bahasa Inggris yang biasanya murah senyum itu tiba-tiba datang dengan wajah berang. Ada dua siswa yang menyertainya.

" Ini anak luar biasa bengalnya! saya sampai tidak khusuk!" Ujar pak Rianto sambil menuding, matanya mendelik, tertuju pada remaja di sisi kirinya yaitu si Bohar. Di sebelah kanan pak Rianto, ada Sarul, kakak kelasnya Bohar, berdiri dengan wajah memerah.

Pak Rianto kemudian menjelaskan sebuah perkara di masjid sekolah. Bohar ditemukan olehnya, sedang menenteng satu bongkah batu yang sepersekian detik lagi akan berlabuh di kepala kakak kelasnya itu. Untungnya, Pak Rianto sempat melerai.

Bu Inay berhenti melahap cemilan kue kering. Lalu berujar dari kursinya, " kamu lagi kamu lagi! Di kelas kamu, di masjid kamu juga?"

" Kalau tidak tahu awalnya, Sarul bisa saja disalahkan. Tapi saya tahu, Bohar cari perkara sejak awal."  Tambah Pak Rianto.

Pak Masir, yang sejak tadi berkutat dengan komputer di ruangannya itu langsung bergabung ke ruang tengah. Sedangkan Harzaid hanya menyimak kejadian ini baik-baik.

 " Wah, memang luar biasa anak ini," ucap Pak Masir, guru Matematika yang juga Wakasek itu. Harzaid menangkap ekspresi Bohar, yang beberapa jenak menyunggingkan senyum. Terlihat sepetak ruang kosong pada barisan giginya.

 "Dasar ompong!" Hati kecil Harzaid berbunyi. Gerak-gerik Bohar begitu menyebalkan, karena menunjukan sikap meremehkan.  

" Loh, kamu ini malah cengar-cengir! Kamu mau diskors?" Pak Masir naik pitam. Kemudian menggebrak meja di sebelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun