Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pintu Ruang Guru Masih Terbuka

22 Juli 2021   17:47 Diperbarui: 30 Juli 2021   22:15 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Pintu Ruang Guru Masih Terbuka. Ilustrasi: Pixabay.com

" Sarul! ada masalah apa kamu sama Bohar?" Giliran Sarul kena semprot Pak Masir. Sementara itu, Pak Rianto mengambil air minum di ruang belakang.

" Dia main-main air di tempat wudhu. Saya kena, Pak." Tutur Sarul terengah-engah. Ada gemetar pada bahunya. Matanya menyiratkan kekesalan.

 " Lah, kan gak sengaja!" pekik Bohar begitu tegas.

Perhatian Harzaid lagi-lagi tersita oleh sikap Bohar. Berani betul anak ini, menuding-nuding Sarul. Padahal Bohar baru kelas 10, secara fisik pun Sarul yang kelas 12  lebih besar, pikir Harzaid.

"Tadi kamu yang dorong lebih dulu! Kamu juga sengaja siram-siram air. Siswa lain juga banyak yang kena!" Pak Rianto menyela dari ruang belakang, kemudian kembali ke ruangan tengah, " mengakui kesalahan saja susah!" Sambung Pak Rianto.

 " Saya sempat mau  kirim dia ke guru BK. Bohar  itu di kelas tidur mulu kerjanya." Bu Inay melengkapi.

" Iya, iya, maaf Bu maaf."  Ucap Bohar.  

" Loh, itu bisa minta maaf? Ayo minta maaf sama kak Sarul itu!" Ujar bu Inay sekenanya, kemudian menghilang dari ruang guru bersama tasnya.

" Hei ! berikan tanganmu. Ayo Salaman!" Cegah pak Rianto.

 " Sarul,  kamu sudah bisa  memaafkan?" Tanya Pak Rianto. Seketika Sarul menyambut dengan gelengan kepala.

Harzaid tak menemukan penyesalan terkandung pada mata Bohar. Gelagat Bohar yang dengan cuma-cuma melakukan instruksi pak Rianto itu, membuat jantung Harzaid berdetak lebih cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun