Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi : Perjalanan Masih Panjang

16 Desember 2017   15:19 Diperbarui: 18 Mei 2018   08:34 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memang sudah lama direnungkan dalam-dalam

tentang kehidupan dan kematian yang misterius

hingga tak terpikirkan lagi tentang

bagaimana sebenarnya foto keluarga kita dahulu

bagaimana sampai kita ke rumah yang sekarang

Dalam kesendirian yang mutlak bergeming

sepanjang hati nurani yang makin terusik saja

karena sudah pasti tujuannya masih jauh

dengan tertatih-tatih seperti ini

diragukan kapan air sejuk itu dapat direguk

Selalu mata itu memandang dengan jernih

sebab kejujuran yang selintas takkan bermakna

seperti buah persik yang jatuh sia-sia

siapapun tak berani menentang arus

setelah ditemui berbagai batu sandungan seperti ini

Tak ada yang bisa menentukan nanti

kapan perjalanan ini akan berakhir, kecuali maut

betul-betul patut dihayati betapa arti hidup ini

sepanjang kemusyrikan selalu menadah tangan

seperti pengemis yang wajib diberi sedekah saja

Jadi begitulah hidup ini kita jalani

karena waktu takkan boleh berhenti sedetikpun

sementara kita sibuk melahap makanan haram

masuk kedalam perut yang sebenarnya telah kenyang

apa pedulinya orang lain yang menatap dengan sirik ?

Lalu datanglah sebuah percik cahaya, kecil saja

bagaikan debu yang selalu terhapus entah kemana

sebab sudah makin gelap saja dunia ini

dalam genangan berbagai kecurigaan dan nafsu membunuh

dalam siraman rohani yang gelisah tak menentu

Seseorang berseru dari pinggir jalan

"Hei, kamu telah tersesat, mari kuselamatkan !"

tetapi sayang sekali, seruan tinggal seruan

sebab siapapun sudah tidak peduli lagi

tersesat atau tidak, yang penting jalan terus entah kemana

Jauh sudah langkah yang letih tidak berdaya

setelah sia-sia menyeruak di tengah kemelut kekuasaan

dengan sendirinya siapapun tak patut menyesali apapun

sebab semua bertanggugjawab katanya padahal tidak

kecuali apabila sakunya telah penuh dengan dollar, ya ?

Makin lapar dan haus tidak terkira beratnya menanggung

sudah kebal terhadap rasa takut atau malu kepada diri sendiri

sebab tampak orang lain tak pandai bercermin

dalam otaknya hanya ada rencana untuk menjarah saja

masabodohlah orang-orang berteriak-teriak sampai serak

Demikianlah perjalanan itu pasti akan berakhir nanti

sambil dibuat kalikulasi debit kredit pahala dan dosa

tentu saja semuanya tidak bisa berkilah lagi

kalaupun ada yang curang pasti akan dijewer oleh malaikat

karena itu waspadalah terhadap diri sendiri !

Jakarta, 2002

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun