Mohon tunggu...
Diyah Kalyna
Diyah Kalyna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis itu berbicara kepada alam. Menceritakan keindahannya dan mengungkapkan rahasianya. Aku, kamu, menjadi kita.

Berasal dari Blitar, Jatim, pendidikan S1 di kota Solo, Jateng, dan sekarang domisili di Negara Brunei Darussalam. Sejak tahun 2015 bergabung dalam mediasi dan penanganan masalah tenaga kerja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pria Aneh Terdampar di Beranda

17 November 2019   09:25 Diperbarui: 17 November 2019   10:06 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**

Dia mengaku lelaki tulen, yang ganteng, seksi, juga mempunyai kepercayaan diri yang kuat, untuk mendekati seorang wanita, yang telah menjadi target. Sayangnya kalimat selanjutnya yang terkirim melalui whatsapp, membuat perutku langsung mual, dan ingin muntah.

[Mbak kau tahu siapa aku?]

[Nggak tahulah. Kan kita baru kenalan. Bukan di duta tapi di maya. Terus kenapa?]

[Aku ini seorang penjahat.]

[Haaa ....]

[Ohh, no. Lalu kamu mau apa dariku?]

[Aku ingin berteman saja sama Mbak.]

[Bohong.]

Lalu Pria misterius itupun mengaku jika dirinya adalah seorang Gigolo, yang melacurkan dirinya kepada wanita-wanita kesepian, yang haus kasih sayang dari pasangannya, atau mereka yang sedang bermasalah dalam rumah tangganya.

Banyak korban yang sudah dimatikan oleh rayuan mautnya. Namun aneh, dalam pengakuan selanjutnya merasa bodoh, karena telah terlanjur tulus mencintai juga menyayangi, semua kekasih gelapnya.

Dia juga pernah bilang jika ketulusannya memang disisipi niat lain. Angkara modus adalah andalan yang terselip serius, di setiap aksinya.

Sebagai lelaki beristri, dia ingin terlihat menjadi  suami yang dapat dibanggakan, karena mempunyai harta yang berlimpah, sehingga sang istri akan merasa nyaman dalam dekapnya.

Dia bernama Romeo, panggilannya Romy. Berumur 35 tahun. Mengaku bekerja di bidang elektronik, dengan gaji yang pas-pasan. Kais pagi makan pagi, kais siang makan siang.

**

Semua berawal dari sini, setiap kesibukan yang kubumbui dengan selfi bersama rekan-rekan sekantor, selalu auploud di medsos. Entahlah, menjadi keranjingan selalu ingin terlihat aktif, mungkin, menjadi rutinitas tak sengaja. Jika aku merasa bosan, kadang-kadang merubah profileku dengan foto-foto lama. Tapi diluar dugaan, malah dia intens komentar.

[Nice!], komennya kala itu dalam salah satu fotoku.

[Hahaha, itu foto jadullah, ketika ponsel belum touch screen]

[But, lugu banget, gadis kampung yang mempesona]

Baru satu bulan berteman di medsos, itupun alasan aku terima karena namanya terdaftar dalam list pertemanan teman di kampus dulu. Setelah satu bulan kemudian, dia minta nomer telepon pribadi.

Aku bukanlah mudah menerima pertemanan dengan siapapun, kecuali melihat dengan gerak hati sendiri, setelah stalking profilenya. Demikian juga tentang nomer telepon, tidak mudah bagiku memberikan seenaknya kepada siapa saja yang meminta.

[Mbak!]

[Hem ....]

[Boleh minta nomer ponsel]

[Hahaha]

[Kok ketawa sih, Mbak]

[Untuk apa? Aku nggak kenal kamu]

[Kan kita udah temenan di medsos]

[Beri alasan yang jelas, jika ingin meminta nomer telepon]

[Untuk sharing saja Mbak]

[Baiklah, tapi dengan satu catatan nomerku jangan disebarin kemana-mana ya. Aku ini salah satu orang yang di cari, karena profesiku]

[Siap Mbak, terima kasih]

Satu bulan kemudian, setelah meminta nomer teleponku, dia baru kirim watshapp. Kami sering berbalas pesan, hanya sekedar ngobrol ngalor ngidul tidak jelas, sampai pada suatu ketika dia bercerita tentang dirinya.

[Mbak, aku tuh orangnya hyper]

[Maksudnya?]

Aku tahu maksud perkataannya. Tapi aku tidak terpancing dengan perkataannya. Dia menceritakan jika dirinya seorang laki-laki yang hyper dalam tanda kutip. Tapi sudah 12 tahun menikah, tidak kunjung mendapatkan keturunan. Dia bilang kualitas spermanya tidak bagus, sehingga sulit mempunyai anak.

Dia merasa puas sudah mengambil anak angkat, yang kini telah berusia 7 tahun. Tapi yang paling mengagetkan, dia bilang telah putus dengan teman kampusku.

Aku mengangkat telepon yang berdering buat pertama kalinya, sejak berteman dengannya.

"Maksudnya apaan sih whatshappmu."

"Aku udah putus ama temanmu Mbak. Mungkin karena dia cemburu aku selingkuh."

"What?"

"Maaf Mbak, sebenarnya aku itu laki-laki tak baik."

"Tak baiknya apa? Aku nggak ngertilah."

"I am gigolo."

"Astaghfirullahal Adziim."

"Mbak jangan marah. Dengarkan dulu penjelasanku."

"So, niat kamu dari awal berteman denganku itu apa? Katakan!"

"Pada awalnya sih, mau membidikmu Mbak. Tapi Mbaknya kayaknya berbeda, tidak seperti mereka yang lain."

Telepon kututup secara sepihak. Lalu, aku biarkan tangan ini, auto memblock whatsaap. Entahlah, merasa geli, kesel, dan mau muntah. Tapi ternyata dia menghubungi aku lagi lewat mesenger.

[Mbak, buka dong whatsappnya. Dengarkan dulu penjelasanku]

[Apa lagi maumu?]

[Aku tulus Mbak]

[Niat yang tidak baik, akan tetap tercatat sebagai amal yang tidak baik, kecuali kamu merubahnya]

[Mbak aku boleh jujurkah, sebagai bukti aku ini tulus padamu Mbak]

[Nggak tahulah. Tunggu saja dua hari lagi. Sudah lima hari aku block kamu]

[Terima kasih Mbak aku tunggu ya?]

Ternyata aku ini polos sekali ya, batinku berbicara. Pantes aja, dia pernah bertanya dimana aku bekerja, dan gajinya berapa. Dasar diri ini memang polos dan jujur, kujawab dengan jujur semua pertanyaannya.

Pekerjaanku sebagai konseling dengan gaji pokok sepuluh juta, tapi jika ada pekerjaan lebih, bisa sampai lima belas atau dua puluh juta. Memang tidaklah besar, tapi aku tetap bersyukur bisa bekerja. Untuk diri sendiri, dan untuk membantu suami.

Namaku Dewi Tiara, sudah menikah selama 8 tahun. Anak pertama berumur 7 tahun, sedangkan anak kedua berumur 5 tahun. Aku memiliki keluarga yang harmonis. Ya, memang bisa dibilang begitu. Bagiku suami yang kudampingi selama sewindu ini, sudah pasti kutemukan kekurangan, seperti pasangan lain pada umumnya.

Tapi aku bukan jenis orang yang suka membuka aib sendiri ke publik. Segala kekurangannya aku terima dengan lapang dada. Aku berprinsip, jika mempunyai masalah rumah tangga, tidak perlu diumbar kepada siapapun. Termasuk kepada teman yang baru kenal.

Pada awalnya, dia mencoba untuk mengorek semua masalah yang kuhadapi dalam rumah tanggaku. Tapi untunglah aku tidak sampai hanyut bercerita tentang kehidupan rumah tanggaku. Rahasianya tetap tersembunyi di dalam kalbu dan ingatanku.

Romy malah menceritakan sendiri tentang kehidupannya. Dia bilang hampir dua kali berzina dengan seorang perempuan pelanggannya.

"Kamu ini aneh. Mana ada orang terjatuh ke lubang yang sama."

"Ya aku tulus mencintainya."

"Tulus tapi?"

"Iya Mbak benar, tulus tapi modus."

"Baiklah, aku sudah tahu sifatmu. Jadi aku tak peduli siapa kamu."

"Jadi kita tetap bisa berteman, kan?"

"Siapa bilang? Percaya banget kamu, ya? Justru aku ingin mengatakan level jalan hidup kita tak sama. Jadi kita ini tidak boleh bertemu walau hanya dengan istilah teman."

"Jangan gitu, dong Mbak. Aku kan nggak pernah merayu Mbak. Ini sudah membuktikan jika aku betul-betul ingin berteman dengan Mbak."

"Aku tidak mau berteman dengan orang sepertimu."

"Ya Tuhan, sebegitu bejatkah aku, hingga Mbak nggak mau berteman?"

"Kamu itu tanya pada siapa?"

"Sama Mbak."

"Ya Allah ... apa perlu aku belikan cermin untukmu?"

"Ohh untuk ngaca, biar aku sadar jika memang ganteng kan?"

"Aku serius bicara. Malah ngelantur jawabnya."

"Mbak, jangan marah-marah. Nanti cepat tua loh."

"Tua itu pasti, kenapa mesti ditakutin."

"Sudahlah Mbak. Boleh ya, aku berteman denganmu. Aku tak sejahat itu. Aku sayang pada mereka makanya aku nggak jadi mesum ama mereka."

"Ya Allah Ya Tuhanku. Kamu tahu?"

"Apa?"

"Semua jawaban atas pertanyaanmu itu ada dalam dirimu sendiri. Kenapa tanya aku? Aku kan baru kenal kamu. Jadi aku tidak tahu, siapa kamu sesungguhnya. Tapi kalau teman yang satu kampus dan menjadi korbanmu itu, aku tahu siapa dia waktu di kampus dulu. Memoriku tentanganya dia memiliki record yang sangat baik, walaupun aku tidak terlalu dekat. Dia bernama Tantiana, seorang gadis manis, pintar, dan tidak neko-neko. Tapi siapa sangka, akhirnya jatuh bertekuk lutut dalam pelukanmu."

"Mbak ... tapi aku tidak sempat zina dengannya."

"Tapi kamu sudah sampai chek-in hotel, kan?"

"Mbak kok tanya, gitu, sih?"

"Dasar kamu ya? Untung aku bukan siapa-siapanya kamu. Jadi tidak merasa dirugikan."

"Tapi beneran aku nggak sampai zina."

"Dua manusia yang bukan muhrim chek-in di hotel itu untuk apa? Jika bukan untuk menyampaikan hasrat yang terpendam."

"Sumpah Mbak. Tidak sampai kli ...."

"Sampai klimaks apa tidak, itu sudah zina."

"Mbak."

"Sampai hajat dengan sempurna apa tidak, jalan menuju kesana berupa pelukan dan ciuman, itu dinamakan jalan mendekati zina. Haaa ... kamu nggak lupa kan, sebagai seorang muslim, haram hukumnya mendekati zina, apalagi melakukannya."

"Maafkah aku Mbak, aku khilaf."

"Khilaf kok jadi profesi. Bangga ya, menjadi gigolo?"

"Nggak sih."

"Tapi kenapa tidak berhenti? Lalu bertaubat?"

"Aku tidak bisa menjawabnya Mbak. Begitu sulit untuk keluar dari lingkaran syetan ini."

"Ya sudah kalau begitu. Cari target di luar sana sesuai yang kamu inginkan. Meskipun gajiku tidak besar. Meskipun aku mampu menghamburkan uang. Tapi jangan harap kamu akan dapat membidik uangku. Aku lebih sayang ibuku, dan mengirimnya uang, daripada diberikan kepada gigolo seperti kamu."

"Iya Mbak. Aku mengerti, Mbak memang beda dari yang lain."

"Satu lagi yang harus kamu tahu. Aku takut dosa. Aku takut hanya kepada Allah. Aku takut adzab Allah."

"Iya Mbak. Aku mengerti. Tapi please, jangan unfriend Mbak."

"Hehh, kamu tahu, Aku tuh marah! Marah banget sama kamu. Tapi sayangnya kamu tuh bukan siapa-siapa aku. Menjadi teman beneranpun aku belum terima, masih seleksi. Kapan-kapan saja bisa aku block dan unfriend."

"Please, jangan dong Mbak. Aku masih ingin sharing sama Mbak."

"Kamu salah ya, jika menilaiku bisa menjadi targetmu. Kamu tahu apa pekerjaanku?"

"Tidak tahu."

"Ya sudah tidak perlu tahu saja. Jadi semua harus berakhir. Berteman sama kamu ini tidak ada manfaatnya."

Setelah obrolan panjang itu, akses whatsapp kublock lagi untuk yang kedua kali. Aku beristighfar, memohon pada Tuhan agar dijauhkan perkara yang tidak baik. Mohon pada Tuhan, agar mengampuni semua dosaku, juga memohon perlindungan dari segala godaan dunia, yang menyimpang dari tatanan sosial budaya.

Setiap hari profesiku membaca kisah orang, lalu menganalisa, dan terakhir mediasi dan solusi diantara beberapa pihak yang berselisih. Didekati seorang lelaki gigolo, justru membuatku tertawa tak habis-habis. Ini memang gila! Bisa panjang diari digitalku ini.

Ada juga sih, hadir sedikit rasa takut, jika cara dia mendekati wanitanya di luar nalar. Namun ada Allah yang Maha Besar untuk meminta perlindungan-Nya.

Meskipun hidup ini pilihan, tetapi dalam perjalanannya harus bersandingkan dengan iman, sebagai pondasi kuat agar mampu mengabaikan godaan yang pasti akan datang menghampiri setiap insan.

Hidup ini aneh, aku pikir semakin beranjak dewasa, kita itu bisa bersikap dewasa, namun nyatanya masih banyak di luar sana, yang membiarkan dirinya tidak mau berproses menjadi dewasa. Rasa peka yang Tuhan berikan dia abaikan begitu saja. Sehingga sanggup memilih perbuatan menyimpang menjadi sejarah perjalanan hidupnya. Dimana perginya iman? Atau bahkan tidak mengenal iman kepada Allah Ta'ala, Sang pemilik jagat raya dan segala isinya.

Wallahu A'lam.
Bandar Seri Begawan, 17 November 2019
Diyah Kalyna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun