Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyum Jempol di Tengah Desakan KRL, Kisah Tak Terlupakan

29 Agustus 2025   06:25 Diperbarui: 29 Agustus 2025   06:47 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terjebak di antara sesaknya penumpang, kebaikan kecil di KRL bisa jadi oase. Sebuah kisah inspiratif di KRL. (Foto: Dennisa Devy/Unsplash)

Naik KRL di jam sibuk itu seperti memasuki dunia lain. Begitu pintu terbuka, arus manusia menyerbu masuk dan seolah-olah ruang gerbong menyusut drastis.

Tubuh-tubuh saling menempel, bergerak sedikit pun terasa mustahil. Bahkan tanpa pegangan pun kita tak akan jatuh, sebab sudah terhimpit rapat oleh orang lain.

Di tengah desakan formasi sarden itulah, aku menyadari bahwa transportasi umum bukan hanya soal perjalanan dari satu stasiun ke stasiun berikutnya.

Ia adalah ruang pertemuan banyak cerita, tempat di mana kebaikan dan kebahagiaan bisa hadir dalam wujud yang tak terduga.

Satu Suara Lantang, Orang pun Bergeser

Suatu sore, dua stasiun menjelang tujuan, aku berusaha bergeser ke sisi kiri karena pintu yang akan terbuka ada di sana. Aku mencoba bergerak sambil mengucapkan "permisi" berulang kali, tetapi tubuhku nyaris tak bergeser sejengkal pun.

Rasa cemas mulai muncul: bagaimana jika nanti aku terlewat stasiun? Lalu mataku bertemu dengan seorang anak muda tak jauh dari posisiku.

Spontan aku mencoleknya dan berkata lirih, "Kak, Ibu mau turun dari pintu itu."

Tak kusangka, anak muda itu begitu sigap. Dengan suara lantang, ia mengomando penumpang di sekitarku agar memberi jalan. Ajaibnya, orang-orang pun mulai bergeser, meski dengan gerakan terbatas.

Perlahan aku pun bisa bergerak, langkah demi langkah. Setiap kali berhasil bergerak maju, aku mengucapkan terima kasih.

Saat akhirnya sampai di depan pintu, aku menoleh ke arah anak muda itu. Ia tersenyum lebar sambil mengacungkan jempol. Rasanya lega sekaligus haru. Dalam hati aku berdoa, "Terima kasih, Nak. Semoga sejahtera selalu hidupmu."

Satu suara lantang darinya membuat segalanya jadi lebih mudah. Kadang kita hanya butuh seseorang yang berani memulai.

Ironi di Kursi Prioritas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun